Zurich, CNN Indonesia -- Kembali menduduki posisi tertinggi di otoritas sepak bola dunia (FIFA), Sepp Blatter tebar ancaman untuk UEFA yang berusaha menjatuhkannya.
Blatter menegaskan akan akan konsekuensi dari apa yang dilakukan federasi sepak bola Eropa itu. "Saya maafkan, tapi tidak akan pernah saya lupakan," kata Blatter seperti dikutip dari
ABC News.
Hubungan FIFA dan UEFA memanas seiring pencalonan dan kemenangan yang berhasil diraih Blatter. Dengan geram, Blatter menyatakan bahwa dirinya tetap saja presiden bagi organisasi yang telah menentangnya pada pemilihan beberapa hari lalu itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Platini sendiri tetap pada pendiriannya. Ia bersama beberapa petinggi UEFA akan berusaha memisahkan organisasi yang dipimpinnya dari FIFA yang kembali dipimpin Blatter. Konsekuensi besar pun menanti UEFA.
Menurut Blatter, pemisahan diri UEFA akan menyebabkan eksodus dari pemain-pemain non-Eropa yang selama ini bermain di benua biru itu. "UEFA merupakan konfederasi terkaya di dunia dengan kompetisi terbaik. Tapi bagaimana jika mereka tak punya pemain sepak bola. Apa akan tetap menjadi yang terkaya dan terbaik? kata Blatter menantang.
Hingga kini, komite eksekutif FIFA belum membuat perubahan pada sistem kualifikasi Piala Dunia. Eropa masih memiliki jatah 13 negara peserta, ditambah Rusia yang akan menjadi tuan rumah. Pun dengan Piala Dunia 2022 di Qatar.
Sementara itu, bersamaan dengan gelara final Liga Champions di Berlin antara Barcelona melawan Juventus, Platini akan menggelar pertemuan untuk merancang perlawanan ranah biru melawan kekuasaan Presiden FIFA terpilih, Sepp Blatter.
Platini, mantan pemain Juventus yang berhasil membawa Blatter menduduki posisi pucuk otoritas sepak bola dunia itu untuk pertama kalinya pada 1998, mewujudkan ancamannya untuk menggelar pertemuan Berlin. Presiden UEFA itu berniat menjadikan asosiasi sepak bola Eropa itu sebagai lokomotif untuk melakukan pembaharuan di tubuh FIFA.
Platini dan UEFA akan menjadi motor penggulingan Blatter dari kursi kekuasaan yang kini didudukinya untuk kelima kalinya. Bagaimana tidak, kemenangan Blatter kali ini diiringi penangkapan petinggi FIFA, termasuk wakil presidennya, yang diduga tersandung kasus korurupsi selama puluhan tahun.
Platini akan memimpin pertemuan Berlin dengan agenda utama adalah membawa UEFA keluar dari FIFA. Sikap Platini ini sudah mendapat dukungan penuh dari petinggi asosiasi sepak bola Inggris, FA.
"Untuk menghadapi Blatter, butuh pemimpin tegas, dan Platini harus mengambil mengambil sikap itu," kata presiden FA, Greg Dyke seperti dikutip dari
BBC Sport. "Dia (Platini) sudah mengkritik, dan kini dia harus memimpin barisan oposisi."
Namun oposisi diketahui belumlah solid. Hingga kini, Rusia masih setia dengan Blatter. Pun dengan Belanda, Portugal, dan Perancis yang masih memberikan suaranya untuk Blatter.
(vri)