New York, CNN Indonesia -- Chuck Blazer mengaku dirinya dan beberapa pemimpin asosiasi sepak bola menerima uang suap sebesar 10 juta dolar AS atau sekitar 6,5 juta poundsterling untuk memilih Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010.
Hal ini diungkap informan skandal korupsi FIFA di Amerika Serikat itu dalam salah satu persidangan dirinya pada 2013, di New York. Pengakuan tersebut juga bentuk penerimaan Blazer atas sepuluh kesalahan yang dituntut jaksa termasuk penggelapan pajak, pencucian uang, dan pemerasan.
Untuk mengurangi hukumannya, pada 2011, Blazer sepakat untuk merekam pembicaraan para koleganya terkait kasus tersebut. Saat itu, Blazer merupakan pejabat tertinggi kedua FIFA di CONCACAF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Periode Penyuapan"Penyuapan bermula pada 2004 dan terus berlanjut hingga 2011,"kata Blazer kepada Hakim Raymond Dearie. "Kami juga setuju menerima suap dari pembayaran hak siar dan lainnya pada penyelenggaraan Piala Emas 1996, 1998, 2000, 2002, dan 2003."
Pada 1992, Blazer juga mengaku setuju memfasilitasi penyuapan terkait pemilihan tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 1998. Menurut dokumen yang ditemukan pihak berwenang, tawaran memberi suap sebesar 1 juta dolar AS itu datang dari Maroko.
Dirilisnya pengakuan dan dokumen itu oleh jaksa penuntut umum Amerika Serikat, mematahkan pembelaan beberapa pihak yang mengakui tak pernah ada suap di tubuh otoritas sepak bola dunia itu. Seperti dikatakan Presiden FIFA yang baru saja mengumumkan rencana pengunduran dirinya, Sepp Blatter, bahwa ia tidak tahu mengenai suap sebesar 10 juta dolar AS tersebut.
National Post menuliskan, interpol sudah mengeluarkan perintah penangkapan untuk dua mantan petinggi FIFA dan empat eksekutifnya terkait korupsi dan pemerasan. Mantan petinggi FIFA dan CONCACAF, Jack Warner, serta mantan petinggi CONMEBOL asal Paraguay, Nicolás Leoz, disebut-sebut adalah dua di antara target interpol tersebut.
Menindaklanjuti kasus yang diselidiki pihak amerika Serikat, jaksa penuntut umum Swis mulai membuka penyelidikan terkait penunjukan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 di Rusia dan Qatar.
(vri)