Zurich, CNN Indonesia -- Keputusan FIFA untuk membentuk gugus tugas internal untuk menjalankan agenda reformasi mendapatkan kritik keras dari lembaga Transparansi Internasional dan juga Konfederasi Uni Perdagangan Internasional (ITUC) yang mengatakan bahwa langkah tersebut tidak cukup baik.
Sebelumnya, kedua lembaga tersebut beserta dengan salah satu sponsor terbesar FIFA, Coca-Cola, mengatakan bahwa FIFA seharusnya merekrut pihak independen untuk melakukan proses reformasi.
Para pengkritik FIFA juga menyebutkan, 11 anggota gugus tugas tersebut akan diambil dari anggota Konfederasi level benua yang juga menjadi penyebab krisis di tubuh FIFA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketimbang setuju untuk membentuk komisi reformasi yang independen, FIFA hari ini mengumumkan gugus tugas yang terdiri atas 10 anggota konfederasi dan satu ketua yang namanya belum disebutkan," demikian bunyi pernyataan Transparansi Internasional.
"Hal ini tidak cukup baik untuk mengembalikan kepercayaan kepada FIFA."
"Sebelumnya FIFA pernah berulang kali menjanjikan proses reformasi dan selalu gagal total. Hari ini FIFA membuat kecewa penggemar dan suporter," kata Direktur Komunikasi Transparansi Internasional, Neil Martinson, yang juga menggambarkan FIFA sebagai contoh "demokrasi busuk".
FIFA mendapatkan tekanan untuk melakukan reformasi setelah beberapa petinggi organisasi dan juga petinggi perusahaan pemasaran olahraga ditangkap oleh kepolisian Swiss pada akhir Mei lalu.
Mereka ditahan dan akan diekstradisi ke Amerika Serikat karena tuduhan korupsi dan kejahatan terorganisir yang terentang selama 25 tahun terakhir, dengan nilai korupsi diperkirakan lebih dari US$ 150 juta.
Tuduhan skandal suap dan korupsi meliputi pemberian status tuan rumah Piala Dunia 2010, 2018, dan 2022 serta hak tuan rumah berbagai turnamen di zona CONCACAF (Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Kepulauan Karibia).
Skandal tersebut membuat beberapa sponsor FIFA memberikan tekanan untuk melakukan perubahan total dan hanya empat hari berselang setelah terpilih kembali menjadi presiden FIFA, Sepp Blatter mengatakan ia akan menyerahkan mandatnya.
Dalam sesi jumpa wartawan ketika mengumumkan pembentukan gugus tugas tersebut pada Senin (20/7), Blatter mengatakan bahwa rancangan kerja gugus tugas adalah untuk mempresentasikan "proposal reformasi yang konkret dan komprehensif" pada rapat Komite Eksekutif FIFA di akhir September nanti.
Pertemuan tersebut akan menghasilkan rekomendasi pada Kongres FIFA yang berkekuatan untuk mengubah statuta FIFA, pada Februari nanti.
"Blatter mengusulkan agar 'pemain' yang sama bisa mereformasi FIFA dalam tujuh pekan... tidak dapat dipercaya," kata kepala ITUC Sharan Burrow melalui akun Twitternya.
(vws)