Jakarta, CNN Indonesia -- Kandidat Presiden FIFA dari Yordania, Pangeran Ali bin Al Hussein, mengatakan FIFA akan jadi malapetaka bagi dunia sepak bola jika dia tidak terpilih pasca era Sepp Blatter.
Pangeran Ali percaya ia adalah satu-satunya orang yang pantas untuk jabatan presiden karena ia punya kemampuan untuk mengembalikan reputasi badan pemerintah tersebut setelah banyak skandal korupsi yang terjadi.
Pria berusia 44 tahun ini berkata pemilihan pada 26 Februari mendatang adalah kesempatan terakhir bagi FIFA untuk kembali ke jalan yang benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan jadi bencana untuk organisasi ini jika segala sesuatunya tidak berjalan dengan semestinya," kata Pangeran Ali seperti yang dikutip dari BBC Sport, Rabu (6/1).
Pangeran Ali bahkan mengklaim telah melakukan pembicaraan dengan banyak asosiasi sepakbola dunia terkait kondisi genting yang ada di tubuh FIFA saat ini.
"Setelah berbicara dengan asosiasi nasional di seluruh dunia, mereka menyadari bahwa ini adalah sebuah momen yang sangat penting dalam masa depan organisasi."
"FIFA perlu pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan yang tepat dan orang yang bertanggungjawab, yang belum pernah kita lihat di masa lalu," tutur Pangeran Ali.
Jerome Champagne, Gianni Infantino, Sheikh Salman bin Ebrahim al-Khalifa dan Tokyo Sexwale, juga maju sebagai kandidat lainnya.
Pangeran Ali sebelumnya pernah bersaing langsung melawan Blatter pada pemilihan presiden FIFA bulan Mei lalu, namun ia mengundurkan diri setelah kalah suara 133-73 dalam putaran pertama pemungutan suara.
Di pemilihan mendatang, Pangeran Ali berniat untuk mengamankan dukungan dari Asosiasi Sepak-bola Inggris (FA) dan negara-negara lainnya.
"Saya pikir itu penting. Orang-orang di seluruh dunia menghormati Inggris dan khususnya sepak bola Inggris."
"Mereka ingin mengetahui bahwa Inggris peduli tentang masa depan FIFA dan itu sangat penting sebagai gambaran mereka akan melangkah ke depannya," kata Pangeran Ali.
Selain itu, Pangeran Ali juga memiliki angan untuk mengadakan pemilihan yang ketat pada bidding Piala Dunia, sama halnya seperti yang dilakukan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk pemilihan Olimpiade.
"Kami tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti yang FIFA lakukan di masa lalu. Jika anggota komite eksekutif melakukan perjalanan ke negara-negara bidding, saya pikir hal itu merupakan sebuah kesalahan," ucapnya.
(ptr/ptr)