Jakarta, CNN Indonesia -- Sanksi pembekuan PSSI yang dikeluarkan Kementerian Pemuda dan Olaharaga (Kemenpora) selama setahun terakhir dinilai telah menghambat proses pembinaan pemain muda.
Demikian diungkapkan pengamat sepak bola nasional yang juga menjabat Juru Bicara PSSI, Tommy Welly, terkait dampak sanksi pembekuan PSSI yang dikeluarkan Menpora Imam Nahrawi pada 17 April 2015.
Pria yang akrab disapa Towel itu juga menuding Kemenpora telah melakukan kejahatan terhadap sepak bola Tanah Air. Sebab, tidak hanya kompetisi yang terhenti, tapi pembinaan pemain muda juga telantar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah satu tahun pembekuan, ada banyak bakat-bakat sepak bola yang menghilang. Proyek pembinaan yang memakan biaya sekian miliar pun terbuang percuma," kata Tommy yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi bertajuk 'Lembar Baru Sepak Bola Indonesia' di Universitas Indonesia, Selasa (3/5).
Towel, yang juga menjabat General Manager Football Develoment PSSI, tak penampik perlunya pembenahan di tubuh PSSI. Namun, pembekuan dianggap bukan cara yang tepat untuk membenahi tata kelola sepak bola nasional.
"Kalau sepak bola ingin dibenahi, PSSI setuju. Saya tidak menafikkan ada banyak hal yang kurang baik di sepak bola Indonesia. Tapi PSSI periode ini sebetulnya berencana fokus ke arah football development."
Sebagai bagian dari PSSI, Tommy tentu mengkritisi gaya pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemenpora, yang melayangkan sanksi pembekuan terhadap otoritas sepak bola Indonesia itu.
"Spirit sepak bolanya tidak boleh mematikan. Ketika ada masalah, haruskah rumahnya dibekukan? Tidak. Karena kalau spiritnya membangun tidak boleh mematikan," katanya.
Kebijakan membekukan aktivitas PSSI memicu hadirnya sanksi FIFA. Imbasnya, sepak bola Indonesia tidak diperkenankan terlibat di pentas internasional.
"Risikonya, Indonesia tidak dapat berpartisipasi dalam AFF, SEA Games, dan Asian Games. Ini membuat kualitas timnas menurun. Jadi tidak ada cerita lain, Indonesia harus segera akhiri pembekuan itu," tutur Towel.
Libatkan PemainSementara itu Kepala Legal Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPi) Jannes H Silitonga berharap baik PSSI maupun pemerintah lebih melibatkan pemain untuk menentukan nasibnya sendiri.
"Situasi sepak bola Indonesia saat ini unpredictable. Ajak lah pemain sepak bola untuk berbicara. Jangan jadikan pemain sebagai objek pembicaraan, tapi subjek pembicaraan," kata Jannes.
Menurut Jannes, pembenahan tata kelola sepak bola memang harus dilakukan agar sepak bola Indonesia nantinya bisa diperhitungkan di pentas internasional.
APPI sebagai wadah aspirasi bagi pesepak bola nasional juga berharap bisa bekerja sama dengan PSSI untuk kompetisi ideal yang tidak merugikan pemain.
"Kami (APPI) ingin terlibat untuk memperhatikan nasib pesepak bola. Kami ingin bekerja sama kepada semua pihak untuk membentuk kompetisi yang berkelanjutan," ujar Jannes.
(jun)