Kemenpora Diminta Usut Tuntas Pelanggaran-pelanggaran PON

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Senin, 26 Sep 2016 17:25 WIB
DKI Jakarta menilai belum ada aksi nyata atau sanksi tegas yang diberikan pihak penyelenggara terkait berbagai rusuh dan ketidakadilan dalam pertandingan.
Sempat terjadi kericuhan ketika tim Jawa Barat bertemu dengan Sumatera Selatan di semifinal polo air putra. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pemuda dan Olahraga diminta menuntaskan beberapa catatan negatif yang terjadi dalam penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat XIX/2016.

Hal ini diungkapkan Ketua KONI DKI Jakarta, Raja Sapta Ervian. Ia juga merasa tidak puas dengan pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi usai rapat pembahasan dengan pihak penyelenggara PB PON dan Komandan-komandan Kontingen, Jumat (23/9).

Saat itu, Imam menyatakan penyelenggaraan PON sudah berjalan baik. Namun, Ervian menilai belum ada aksi nyata atau sanksi tegas yang diberikan pihak penyelenggara terkait berbagai kejadian rusuh dan ketidakadilan dalam pertandingan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami harapkan Kementerian (Pemuda dan Olahraga) bisa lihat lebih mendalam setiap segi permasalahan. Di sini, berbagai dinamika terjadi. Kami harapkan agar Menpora meneliti kembali secara rinci khususnya atlet-atlet yang jadi korban," kata Ervian saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (26/9) siang.

"Di PON 2016, insiden pemukulan atlet polo air kami belum ada pengusutan tuntas. Pemukulan atlet hoki kami juga belum mendapatkan perhatian serius dari penyelenggara. Belum lagi atlet kami tidak boleh bertanding di cabor renang indah karena alasan yang tidak jelas."

Pada 19 September lalu, satu atlet putri DKI Jakarta terluka dalam insiden kericuhan yang terjadi di bangku penonton saat semifinal polo air putra Jawa Barat lawan Sumatera Selatan, sementara enam atlet lainnya luka ringan.

Empat hari berselang, atlet hoki DKI Jakarta, Dadan Mochammad mendapat lebih dari 10 jahitan usai mengalami robek di bagian otot kepala belakang karena dipukul atlet Papua Barat, Jeffry Waromi. Di pekan yang sama, atlet renang indah Adela Amanda Nirmala tidak bisa membela DKI Jakarta karena kendala usia.

"Kami yakin sudah mematuhi dan melengkapi segala persayaratan. Coba dipikirkan, empat tahun anak itu (Adela) sudah latihan pagi dan sore. Ini merusak mental atlet. Dan belum lagi kerugian finansial dari DKI Jakarta yang sudah mendukung persiapan mereka selama ini," ucap Ervian.

"PB dan PP Cabor, PB PON, serta KONI Pusat, mestinya mereka semua lebih bijak dalam melihat segala permasalahan," ucapnya menambahkan.

Berbeda dengan Ervian, Komandan Kontingen Sumatera Barat, Sengaja Budi Syukur, tidak ingin berkomentar terhadap hasil pertemuan Jumat tersebut karena tidak mengirimkan wakil    

"Karena kami fokus ke pertandingan, dan kami juga tidak dirugikan apa-apa di PON 2016," kata Budi. "Akan tetapi, kami tidak mendapat hasil rapat seperti apa. Jadi tidak tahu juga mau berkomentar seperti apa."

Sementara itu, Ketua Harian KONI Sumatera Utara Jhon Ismadi Lubis menganggap masalah pada PON kali ini lebih banyak soal penjurian.

"Cukup banyak faktor X yang terjadi hampir di semua cabang olahraga, sangat merugikan sejumlah kontingen provinsi tidak hanya Sumut," katanya di Bandung, seperti dikutip dari Antara.

"Kualitas penjurian pada PON inilah yang paling banyak masalah, dibanding sebelum-sebelumnya. Bahkan di PON Riau jauh lebih baik."

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER