Satlak Prima Isyaratkan Anggaran Rp500 M Belum Cukup

Titi Fajriyah | CNN Indonesia
Kamis, 27 Okt 2016 15:43 WIB
Ketua Satlak Prima, Achmad Soetjipto, menyatakan anggaran Rp500 miliar yang diberikan dalam RAPBN untuk pihaknya masih kurang dari yang dibutuhkan.
Ilustrasi olahraga prestasi di Indonesia. (Antara/M. Ali Wafa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Satlak Prima, Achmad Soetjipto, menyatakan porsi anggaran Rp500 miliar dalam Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) untuk pihaknya masih kurang dari yang dibutuhkan.

Meskipun begitu, lanjut pria yang akrab dengan sapaan Soetjipto itu tak akan meminta tambahan dan memilih memanfaatkan yang ada demi mencapai hasil maksimal.

"Dibilang [anggaran] kurang, tapi tidak jauh (kurangnya). Yang penting Satlak Prima jalankan dulu program yang ada," kata Soetjipto kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami harus berpikir ini cukup dulu, kalau ada indikasi kurang baru akan laporkan. Kami percaya pemerintah punya anggaran, tapi di sini perencanaannya amburadul."

Soetjipto menyatakan mencoba meraih prestasi dalam olahraga itu amat dinamis. Oleh karena itu pihaknya mencoba membuat perencanaan program yang baik dan realistis.

Adapun tentang anggaran Rp500 miliar tersebut, Satlak Prima akan mengucurkannya guna menjalankan program-program demi pemenuhan target 20 medali emas di Asian Games 2018.

Biaya terbesar disebut mantan Ketua Program Atlet Andalan (PAL) 2009 itu untuk pemenuhan biaya akomodasi atlet menjalani pemusatan latihan, uji coba, dan honor. Jumlah itu mencapai 40 persen dari total keseluruhan anggaran yang diberikan kepada Satlak Prima. 

"Kedua, untuk pembelian peralatan. Bagaimana atlet bisa punya performa terbaik kalau ngeluh tidak punya peralatan latihan yang layak. Naif kalau pemerintah menuntut prestasi bagus tapi fasilitas peralatannya tidak memadai," tegasnya.

"Ketiga, bagaimana menciptakan lingkungan keunggulan. Atlet bisa berlatih dengan baik kalau berada di tempat yang jauh dari distraksi sosial."

Saat ini, contoh cabor yang sudah jelas jauh dari distraksi sosial adalah bulutangkis yang memiliki tempat pelatnas di Cipayung, Jakarta Timur. Untuk itu, sebut Soetjipto, cabor-cabor lain yang belum berada di lingkungan keunggulan itu harus dijembatani dengan pemusatan latihan di luar negeri.

Termasuk dengan pengadaan uji coba yang menurut Soetjipto harus dijamin dengan perlakukan yang profesional, baik dari sisi gizi, kesehatan, lingkungan keunggulannya serta kompetisi yang berkualitas.

"Baik pemusatan latihan maupun uji coba ini akan lebih banyak. Untuk try out jumlahnya bisa lebih dari dua kali lipat tahun ini. Termasuk pelatih asing untuk menuntun pelatih lokal serta mentrasnfer ilmu untuk mengawal prestasi atlet. Nilai gainya bisa berkisar Rp 80 juta per bulan," tutur Soetjipto.

Adapun tentang upah pelatih asing, saat ini lebih tinggi dari sebelumnya. Pada 2015, gaji untuk pelatih asing masih berada di kisaran Rp 50 juta. Salah satu yang tertinggi adalah pelatih renang asal Prancis, David Armandoni, yang ditugaskan mengawal persiapan atlet ke Olimpiade hanya digaji Rp48 juta. Jumlah itu lebih kecil dari gaji yang dimintanya yakni Rp60 juta. (kid/ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER