JELANG PIALA AFF 2016

Kisah Fakhri 'Diselamatkan' Anak dari Sepak Bola Gajah

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Kamis, 17 Nov 2016 09:34 WIB
Fakhri Husaini sempat bergabung di timnas Indonesia untuk persiapan Piala Tiger 1998. Namun, ia memilih mundur dan terhindar dari insiden 'sepak bola gajah'.
Ilustrasi suporter timnas Thailand di Piala Tiger. (AFP PHOTO / WORLD SPORT GROUP / PAUL LAKATOS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Piala Tiger 1996--sekarang bernama Piala AFF--merupakan panggung pertama dan terakhir Fakhri Husaini sebagai pemain. Maklum, usianya sudah 31 tahun kala merumput pada edisi pertama turnamen sepak bola se-Asia Tenggara tersebut.

Pria kelahiran Lhokseumawe itu berkisah, sebenarnya ia juga sempat bergabung dalam latihan persiapan Piala Tiger 1998. Namun, ia memilih mundur dari skuat yang kala itu diarsiteki mendiang Rusdy Bahalwan.

Kala itu Fakhri disebut-sebut bermasalah lantaran mangkir dari pemusatan latihan. Ia lebih memilih menemani istri yang bakal melahirkan anak kedua, Rayhana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, ia justru bersyukur dengan keputusan tersebut. Menurutnya, ada hikmah positif di balik keputusannya keluar dari timnas Indonesia di Piala Tiger 1998.

Ya, Fakhri terhindar bergabung bersama skuat timnas yang kala itu terjerembab ke dalam insiden 'sepak bola gajah'.

"Sebenarnya memang timnas di Piala Tiger 1996 dan 1998 berbeda sekali situasinya. Saya sudah merasakan suasana kurang kondusif pada persiapan Piala Tiger 1998," ungkap Fakhri kepada CNNIndonesia.com.

"Kebetulan memang saat itu istri saya bakal segera melahirkan anak kedua kami. Saya sadar membela negara seharusnya diutamakan dibandingkan keluarga, tapi saya merasa saat itu tidak seperti membela timnas," ungkap Fakhri.

Ia sendiri enggan membeberkan yang dimaksud dengan pernyataannya itu. Setelah ditelusuri tentang cerita-cerita masa itu, konon penyebab ketidaknyamanannya adalah skuat Indonesia yang didominasi oleh mayoritas pemain dari salah satu klub.

Fakhri membeberkan, ia sampai beberapa kali dihubungi sang manajer timnas kala itu, Nurdin Halid. Nurdin berusaha meyakininya agar segera balik ke skuat Garuda dari rumahnya di Bontang.

"Saat itu ia bahkan sampai mengatakan kepada saya: 'Kalau perlu ajak juga istrimu ke Jakarta. Biar melahirkan di Jakarta dan saya yang biayai semuanya.' Tapi rasanya sudah berat bergabung lagi waktu itu," imbuh Fakhri.

Kontroversi aksi mangkir Fakhri di skuat timnas yang sempat meramaikan sejumlah media nasional kala itu pun seolah kalah nyaring dengan berita insiden 'sepak bola gajah'.

Insiden itu dikenang media-media nasional dengan nama 'sepak bola gajah' karena aksi swagol timnas Indonesia yang sengaja dilakukan bek Garuda, Mursyid Effendi.

Ketika itu para pemain Indonesia terlihat sengaja mengalah dari timnas Thailand agar terhindar dari tuan rumah Vietnam di semifinal. Celakanya, Thailand pun tak mau menang karena alasan yang sama.

Berkat gol bunuh diri Mursyid itu, Indonesia akhirnya kalah 2-3 dari skuat Gajah Perang dan terhindar dari Vietnam.

Indonesia tetap gagal ke final karena disingkirkan oleh timnas Singapura di semifinal.

Efek dari aksi memalukan itu membuat nama pemain yang memperkuat timnas ikutan jelek. Nila setitik, rusak susu sebelanga, jadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkannya. Satu gol bunuh diri yang sengaja ditendang Mursyid, merusak reputasi timnas kala itu, termasuk sang pelatih.

Mursyid pun langsung dihukum seumur hidup larangan aktif di sepak bola nasional oleh PSSI. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER