Jakarta, CNN Indonesia -- Pelatih
Timnas Indonesia Bima Sakti masih menyimpan keinginan keras untuk meraih gelar
Piala AFF bersama Skuat Merah Putih setelah gagal menjadi juara saat masih menjadi pemain.
Bima merupakan salah satu pemain yang berkali-kali masuk dalam Timnas Indonesia untuk Piala AFF. Mantan pemain yang berposisi sebagai gelandang itu tampil di kejuaraan antar-negara Asia Tenggara pada tahun 1996, 1998, dan 2000.
Dalam tiga kesempatan tersebut, capaian terbaik Bima adalah menjadi runner up pada tahun 2000 setelah hanya menduduki peringkat keempat pada 1996 dan menempati peringkat ketiga pada 1998.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gagal mempersembahkan gelar juara semasa masih berlaga di lapangan hijau, mantan kapten Timnas Indonesia itu ingin memenuhi ambisi ketika menjadi pelatih.
"Saya dulu pas namanya masih Piala Tiger sempat final dan semi-final. Sekarang kesempatan saya sebagai pelatih untuk bisa membawa Indonesia juara," ujar Bima seperti dilansir situs resmi PSSI.
Bima juga tak gentar menghadapi persaingan perebutan gelar juara Piala AFF meski harus menghadapi pelatih-pelatih dengan nama besar, seperti mantan pelatih timnas Inggris Sven-Goran Eriksson yang melatih Filipina dan mantan pelatih timnas Ghana Milovan Rajevac yang menjadi juru latih di timnas Thailand.
 Bima Sakti (kiri) tampil dalam tiga edisi Piala AFF. (REUTERS) |
Alih-alih nama tenar, Bima menyatakan keberadaan pemain yang siap tampil akan menjadi penentu kemenangan dalam sebuah pertandingan.
"Bagi saya, nama besar itu tidak penting. Setiap tim dapat meraih hasil yang bagus hanya dengan latihan yang baik. Oleh karena itulah saya merasa beruntung di tengah orang-orang besar, yaitu para pemain saya yang mau berusaha maksimal sekuat tenaga demi timnas," terang Bima disitir Antara.
Para pemain yang mengetahui rekam jejak Indonesia di Piala AFF pun siap menuntaskan dahaga gelar Skuat Garuda.
"Yang jelas saya percaya dengan kemampuan tim sendiri. Saya percaya tahun ini kami akan mencetak sejarah. Dibilang terberat semuanya susah. Tak ada yang mudah. Saya pribadi lebih siapkan diri secara pribadi dan kami harus waspadai semua tim," kata Febri Hariyadi.
"Tapi sebagai pemain kita jaga mental. Yang terpenting bagaimana menjaga mental dan motivasi sebagai pemain," timpal Andritany Ardhyasa.
(nva/jun)