Dengan pencalonan diri sebagai tuan rumah bersama, maka Indonesia akan mendapatkan keringanan biaya karena beban biaya itu dibagi ke negara-negara yang ikut jadi tuan rumah.
Dengan begitu, stadion sebagai venue pertandingan, hotel, tempat latihan, dan aspek lainnya yang diusulkan pun jadi lebih sedikit. Untuk Piala Dunia 2026 yang digelar di tiga negara, FIFA meminta tuan rumah mengajukan proposal 72 tempat untuk pemusatan latihan dan hotel.
Melihat ketatnya persyaratan itu, Jakarta dan Surabaya memiliki peluang besar menjadi kota tuan rumah Piala Dunia 2034. Ibu kota Indonesia itu bisa mengandalkan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Dengan kapasitas 77.193 penonton, SUGBK bisa menggelar pertandingan hingga babak semifinal dan perebutan tempat ketiga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengurangan kapasitas di GBK itu terjadi lantaran renovasi sebelum Asian Games 2018. Sebelumnya, GBK memiliki kapasitas lebih dari 100 ribu kursi. Selain GBK, Surabaya dengan Stadion Gelora Bung Tomo juga bisa menggelar Piala Dunia. Stadion yang biasa digunakan Persebaya Surabaya itu memiliki kapasitas 55 ribu dan bisa menggelar pertandingan di fase grup hingga perempat final.
Pengalaman Indonesia menyelenggarakan Asian Games 2018 bisa menjadi modal penting untuk Piala Dunia 2034. Selain itu, sejumlah sarana transportasi pendukung seperti MRT dan LRT juga sudah berfungsi.
 Penyelenggaraan Asian Games 2018 menjadi modal penyelenggaraan Piala Dunia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Untuk turnamen sepak bola, pengalaman tertinggi Indonesia menyelenggarakan Piala Asia 2007. Pada 12 tahun silam Indonesia menjadi tuan rumah bersama dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Di Piala Asia 2007 itu, Indonesia diperkirakan membutuhkan biaya penyelenggaraan sekitar Rp20 miliar. Di ajang itu Indonesia kebagian menggelar seluruh laga Grup D, satu laga perempat final, perebutan peringkat ketiga, dan pertandingan final.
Indonesia bakal memiliki keunggulan dalam menggelar Piala Dunia 2034, salah satunya dari aspek ekonomi.
Saat menyelenggarakan Asian Games 2018, DKI Jakarta memiliki pendapatan sebesar Rp22 triliun. Jumlah itu didapat dari investasi konstruksi sebesar Rp13,7 triliun dan Rp2,6 triliun dari pengeluaran pengunjung mancanegara dan domestik.
Sedangkan Palembang yang menjadi kota pendamping mendapat pendapatan Rp18,5 triliun dengan Rp15,4 triliun dari investasi konstruksi.
Meski demikian, Indonesia tetap perlu memperhatikan kebutuhan pendanaan. Maklum, selain berhasrat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, Indonesia juga tengah mengejar mimpi menyelenggarakan Olimpiade 2032.
Promosi Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 sedang gencar-gencarnya. Beberapa waktu lalu Wakil Presiden Jusuf Kalla berkunjung ke Swiss untuk bertemu Presiden IOC, Thomas Bach. Belum lama ini Erick Thohir diangkat menjadi anggota IOC.
 Komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno direnovasi jelang Asian Games 2018. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Jika berbicara perbandingan, seharusnya Indonesia bisa lebih mudah jadi tuan rumah Olimpiade dibanding Piala Dunia, karena upaya-upaya tersebut sudah berjalan sejak jauh-jauh hari.
Indonesia juga harus mencermati animo masyarakat pecinta sepak bola. Indonesia termasuk negara dengan suporter yang fanatik. Hal tersebut perlu disoroti panitia penyelenggara, tentunya dengan memberikan harga tiket yang terjangkau.
Selain itu, faktor lain yang bisa menentukan ramainya stadion penampilan Timnas Indonesia. Dalam beberapa pengalaman, stadion hanya penuh jika Timnas Indonesia bertanding.
Namun di luar itu, stadion akan kembali sepi penonton. Hal tersebut tentu akan buruk untuk pertandingan siaran langsung.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah kualitas Timnas Indonesia untuk Piala Dunia 2034. Persiapan yang buruk bisa membuat Tim Merah Putih menjadi bulan-bulanan bagi negara lain.
Performa Timnas Indonesia yang buruk bisa berimbas kepada semangat penonton untuk menyaksikan Skuat Garuda berlaga di event empat tahunan tersebut.
(ptr)