Jakarta, CNN Indonesia -- Jabatan baru
Indra Sjafri sebagai Direktur Teknik PSSI menyisakan misteri. Apalagi pekerjaannya sebagai asisten
Shin Tae Yong di
Timnas Indonesia baru seumur jagung.
Rekam jejak Indra Sjafri di timnas usia muda tak perlu diragukan. Ia pernah mencicipi gelar juara Piala AFF saat menangani Timnas U-19 dan Timnas U-22.
Prestasi cemerlang itulah yang membuat PSSI mengangkat Indra jadi asisten pelatih Timnas Indonesia yang dipimpin Tae Yong. Namun, tak dinyana kariernya di timnas level senior berlangsung singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumor yang beredar, Shin Tae Yong mencoret Indra dari daftar staf pelatih karena persoalan indispliner. Sebab, mantan pemain PSP Padang itu sama sekali belum menampakkan diri sejak hari pertama pemusatan latihan yang digelar mulai 14 Februari 2020 di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta.
Tapi, PSSI buru-buru membantah kabar miring tersebut. Ketua PSSI Mochamad Iriawan menegaskan Indra tetap menjabat asisten pelatih. Hanya saja, tugasnya bertambah untuk menggantikan posisi Danurwindo sebagai direktur teknik PSSI.
 Indra Sjafri memiliki pengalaman melatih di level usia muda. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A) |
Sehari kemudian, PSSI mengeluarkan pernyataan resmi soal status baru Indra. Pelatih 57 tahun itu tak lagi terlibat di staf pelatih Tae Yong dan menjabat tugas baru sebagai Dirtek PSSI.
Indra diminta melanjutkan tugas Danurwindo sebagai Dirtek PSSI. Sebab, Danur memiliki keterbatasan seiring kondisi kesehatan yang mulai menurun karena usia lanjut.
Tak ada yang salah dengan tugas baru Indra sebagai Dirtek. Apalagi ia masih didampingi Danurwindo yang kini bertugas sebagai penasihat.
Hanya saja, pergantian jabatan yang terburu-buru jadi memicu perdebatan. Belum genap sebulan bekerja sebagai asisten Tae Yong, tugas Indra berganti jadi Dirtek.
Apalagi jabatan Dirtek PSSI seringkali dihuni pelatih senior yang sudah malang-melintang di timnas dan klub-klub ternama. Sebut saja Bernard Schumm, Jopie Lepel, Iswadi Idris, Sutan Harhara, dan Danurwindo.
Sementara karier Indra mentok sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia. Tugasnya sebagai pendamping Tae Yong juga cuma berlangsung sekitar dua bulan.
Jika semula Indra berperan sebagai pembantu Tae Yong dalam menjalankan program, Indra kini justru jadi pengawas kinerja pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Sebab, salah satu tugas Dirtek adalah memastikan program kepelatihan di Timnas berjalan sesuai jalur. Bisa diartikan, Indra kini mengawasi kinerja Shin Tae Yong, meski hanya sebatas menghasilkan rekomendasi untuk PSSI.
Tapi, tugas Dirtek PSSI tak hanya mengevaluasi kinerja pelatih. Indra bertanggung jawab memastikan kurikulum filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia) berjalan.
 Shin Tae Yong tak lagi ditemani Indra Sjafri kala melatih Timnas Indonesia. (CNN Indonesia/ Titi Fajriyah) |
Filanesia resmi dirumuskan sejak awal tahun 2017. Kurikulum ini semacam panduan dalam menyiapkan talenta-talenta sepak bola Indonesia ke jenjang Timnas.
Program tersebut akan menjadi acuan dasar di Timnas Indonesia di jenjang usia muda. Dirtek juga harus mampu menerapkan program yang mendorong pembinaan pemain di level klub profesional.
Rasanya, Indra tak punya masalah dengan tugas tersebut. Toh mantan pelatih Bali United itu sudah makan asam garam menangani sepak bola usia muda.
[Gambas:Video CNN]Sepanjang 2013, Indra sukses membawa Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan menjuarai Kejuaraan AFF U-19 setelah mengalahkan Vietnam 7-6 lewat drama adu penalti di partai final.
Selain itu, Indra juga mampu mengantarkan timnas U-19 ke putaran final Piala Asia 2014 seusai memuncaki Grup G di babak kualifikasi.
Indra juga memiliki sejarah panjang bersama Garuda Jaya. Mantan pelatih Bali United itu sebelumnya juga mengantarkan Garuda Jaya menjuarai HKFA U-17 dan HKFA U-19 di Hong Kong.
Prestasi teranyar Indra adalah ketika membesut Timnas Indonesia U-22. Ia berhasil mengantar Garuda Muda juara Piala AFF U-22 2019 usai menekuk Thailand 2-1 pada laga final di Stadion Olimpiade, Phnom Penh, 26 Februari 2019.
Jika mengacu rekam jejak di usia muda, penunjukan Indra sebagai Dirtek PSSI masuk akal. Apalagi direktur teknik berorientasi pada jangka panjang.
Misalnya, mempersiapkan pelatih hingga kompetisi usia muda dan semua itu bukan sesuatu yang instan. Sedangkan pelatih kepala biasanya dipatok target jangka pendek seperti juara liga atau lolos ke Liga Champions.
Secara teknis, Indra punya kemampuan untuk mengambil alih peran Danurwindo. Namun, ia harus memendam hasrat untuk melatih Timnas Indonesia karena Tae Yong masih memimpin.
(bac)