Jakarta, CNN Indonesia -- Saya tak pernah bermimpi bermain atau bahkan membela
Timnas Indonesia di usia muda. Tapi, takdir membawa saya kembali ke tanah leluhur dan menemukan banyak cinta.
Saat itu saya masih 20 tahun dan dihadapkan tawaran untuk pindah Warga Negara Indonesia. Jujur, saat itu seorang Diego Michiels muda, labil, dan belum mapan.
Namun, keseriusan pengurus PSSI saat itu membuat hati saya luluh sekaligus bangga. Kala itu usia saya masih muda dan tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi Indonesia pernah menjadi tempat tinggal ayah saya, Robbie Michiels. Ia berasal dari Jakarta dan pernah menetap di Jayapura. Nenek saya berdarah Maluku.
Tanpa pikir panjang saya menerima tawaran pengurus PSSI. Ibu saya juga kaget. Selama ini dia kenal saya sebagai pemuda bandel yang belum punya karier bagus. Tapi, dia dukung keputusan saya. Itu yang terpenting.
Saya ingat betul, momen tersebut terjadi awal 2011. Sempat ragu tapi coba saya jalani karena orang-orang PSSI saat itu terlihat sangat serius dan saya pun bersemangat.
 Diego Michiels dipanggil Timnas Indonesia pada 2011. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Sampai di Jakarta saya langsung ikut seleksi Timnas Indonesia U-23 di Lapangan ABC Senayan. Ada beberapa pemain keturunan Belanda yang ikut seleksi tapi akhirnya hanya saya yang terpilih.
Pelatih Alfred Riedl bicara langsung bahwa saya lolos seleksi SEA Games 2011. Jalan saya menjadi WNI semakin terbuka dan menjadi kenyataan!
Di tengah jalan pelatih diganti Wim Rijsbergen didampingi Rahmad Darmawan. Saya tidak tahu urusan politik PSSI, yang pasti saya tetap ikut ambil bagian dalam tim.
Saya juga langsung dekat dengan pemain lain meski belum bisa berbahasa Indonesia. Namanya pemain baru, saya harus cari banyak teman untuk sekadar makan bersama di luar latihan.
Staf pelatih juga berangsur kondusif dan pemain sangat kompak. Tak disangka kami melangkah jauh hingga final SEA Games 2011.
Sejak semifinal, saya ajak ibu dan adik saya datang ke Indonesia. Ibu saya menangis terharu lihat saya main waktu itu. Dia tahu persis saya agak bandel di Belanda dan mulai lebih maju di Indonesia. Membuat orang tua bangga adalah kebahagiaan terbesar buat saya.
Sayang, kami gagal juara karena kalah adu penalti lawan Malaysia. Kami sempat unggul lebih dulu sebelum disamakan 1-1. Tapi kalah 3-4 di babak adu penalti.
 Diego Michiels kini sudah berkeluarga dan dianugerahi anak. (ANTARA/Yusuf Nugroho) |
Saya sangat menyesal. Mungkin itu tim SEA Games terbaik Indonesia. Atmosfer penonton sangat luar biasa dan pemain inti dan cadangan luar biasa.
Banyak pemain yang jadi idola saya saat itu. Mulai dari Kurnia Meiga, Mahadirga Lasut, Titus Bonai, Andik Vermansah, Ferdinand Sinaga, dan Hasyim Kipuw. Kami semua kompak.
Setelah bela timnas, pengurus PSSI meminta saya untuk bermain di klub Indonesia. Semula saya menolak karena baru promosi ke skuat senior dan perpanjang kontrak di Go Ahead Eagles. Tapi tawaran terus datang dengan nilai yang lebih besar.
Akhirnya saya mencoba peruntungan di Pelita Jaya demi menjaga peluang tetap bermain di Timnas Indonesia. Tapi, kontrak saya di sana hanya sebentar karena masalah dualisme kompetisi, ISL (Indonesia Super League) dan IPL (Indonesia Premier league).
Kemudian saya menerima tawaran Persija Jakarta. Saya pikir bisa bermain bersama Ramdani Lestaluhu di Stadion Gelora Bung Karno yang dipadati suporter fanatik, The Jakmania.
Ternyata apa yang saya bayangkan tidak sama. Penonton sepi dan tim ini bermain di IPL, sementara Persija lainnya main di ISL. Saya merasa dibohongi dan tidak tahu apa-apa soal politik sepak bola Indonesia.
Saya kapok dan terpaksa menolak tawaran Arema yang juga bermain di IPL. Kondisinya saya masih trauma karena tiga bulan gaji saya tidak dibayar sampai detik ini. Padahal kata mereka saya bergaji besar dan jadi pemain naturalisasi termahal di IPL.
Meski begitu, saya sudah telanjur jatuh cinta kepada Indonesia. Budayanya sangat luar biasa, orang-orangnya sangat terbuka dan ramah.
Tahun 2012 jadi momen yang tak akan pernah terlupakan dalam hidup saya. Kesalahan pergaulan membuat saya terjatuh dan harus mendekam di penjara.
Kesempatan membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2012 pun sirna. Saya sadar, saat itu masih muda dan labil. Tak ada orang tua atau saudara yang bisa mengontrol dan melarang.
Dalam kondisi terpuruk itulah saya kembali mengingat Tuhan. Di situ saya memutuskan untuk menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. Kehidupan saya lebih damai meski cobaan selalu saja ada.
[Gambas:Video CNN]Islam bukan hal baru dalam hidup saya. Sebagian teman akrab saya di Belanda juga beragama Islam. Mereka dari Turki, Maroko, dan Somalia. Dari mereka saya mengenal Islam.
Yang paling saya ingat, momen di mana saudara dari teman saya memberikan saya sebuah buku. "Kalau ada waktu silakan dibaca," katanya singkat. Ternyata buku tersebut tentang Islam. Setelah selesai baca, buku itu saya kembalikan dan kakaknya memberi buku lainnya.
Semula saya tidak tahu harus melakukan apa setelah membaca buku tersebut. Tapi, setidaknya saya mulai mengenal tentang Islam. Kemudian, saya memutuskan untuk pindah agama Islam di saat hidup saya berada di titik terendah.
 Diego Michiels sukses membawa Timnas Indonesia ke final SEA Games 2011. (Dok: Borneo FC) |
Ibu saya mendukung keputusan tersebut. Tujuannya adalah membuat saya bahagia dengan pilihan dan tanggung jawab yang akan saya ambil. Hal ini membuat langkah saya lebih enteng.
Setelah menjadi mualaf saya jadi lebih kalem. Situasi yang tak bisa dijelaskan secara gamblang. Lebih santai dan belajar hidup yang lurus. Tapi, dua tahun setelah masuk Islam dapat masalah lagi.
Hahaha... Tapi, tidak masalah dan saya anggap itu semua sebagai pelajaran kehidupan.
Pada 2013 saya fokus membenahi karier sepak bola di Indonesia dan bergabung dengan Sriwijaya FC. Setahun kemudian bermain untuk Mitra Kukar sebelum akhirnya berlabuh di Pusamania Borneo FC sejak 2015.
Sekarang sudah setahun lebih menikah dan punya anak. Luar biasa enaknya. Jika sebelumnya senang belanja tidak jelas, sekarang lebih bertanggung jawab. Ingin pulang ke rumah lihat anak istri. Apalagi ketika bangun dari tidur langsung lihat anak. Rasa bahagia yang tak bisa dilukiskan.
Sekarang, saya masih terus belajar Islam dari istri saya. Dia bimbing saya salat dan baca Al Quran. Memang tidak mudah menahan haus dan lapar di saat puasa. Tapi, enaknya sekarang buka puasa dan sahur disediakan istri.
Terakhir saya pernah menjalani puasa penuh ketika tinggal bersama Bos Borneo FC Nabil Husein. Buka puasa dan sahur bersama-sama dengan keluarga. Saya harap kali ini bisa menjalani puasa penuh bersama keluarga kecil saya.
(ttf/jun)