Membebani Egy Maulana Vikri dengan julukan Lionel Messi Indonesia adalah sebuah kesalahan besar. Terlalu berlebihan, tak berdasar, dan menyesatkan.
Tak dimungkiri, Egy Maulana merupakan salah satu talenta muda terbaik yang dimiliki Indonesia. Ia diberkahi skill individu dan kecepatan yang lumayan bagus.
Pamornya melejit usai tampil enerjik bersama Timnas Indonesia U-19. Salah satu komentator 'lebay' menjulukinya sebagai "Messi Indonesia" yang kemudian latah dikutip sejumlah media.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Julukan yang sering terlontar bagi pemain manapun namun tentu saja berlebihan. Menyamai Egy dengan Messi, jebolan Akademi Barcelona La Masia, yang sukses meraih enam Ballon d'Or sangat tak sebanding.
Singkat cerita, Egy Maulana resmi gabung Lechia Gdansk pada 8 Juli 2018. Media-media Polandia pun ikut latah menjuluki Egy Maulana sebagai Messi-Indonesia.
![]() |
Pencinta sepak bola Indonesia girang bukan main mendengar kabar itu. Segala doa dan puja-puji pun mengalir deras kepada Egy.
Harapannya semata agar Egy Maulana sukses menapaki karier di Eropa dan membawa harum nama bangsa. Doa yang sama persis di hati Egy yang saat itu baru berusia 18 tahun.
"Saya sangat bangga telah datang ke sini. Ini bagai mimpi bagi saya bisa bermain di Eropa. Semoga saya bisa memberikan yang terbaik dengan tim ini," ujar Egy dalam konferensi pers pertamanya di Lechia.
Di musim pertama, Egy lebih banyak bermain di tim junior Lechia Gdansk. Penampilannya cukup menjanjikan dengan koleksi gol terbilang lumayan. Namun, ia hanya dipercaya tampil 10 menit di tim senior.
![]() |
Statistik minor tersebut terbilang wajar bagi pemain muda asal Indonesia yang tak pernah mencicipi atmosfer pertandingan di kompetisi Eropa.
Karier Egy Maulana ternyata belum banyak meningkat di musim kedua. Ia memang pernah dipercaya tampil sebanyak 46 menit dalam satu pertandingan ketika Lechia ditahan imbang Wisla Krakow 0-0.
Akan tetapi, itu jadi satu-satunya pertandingan resmi Egy di tim utama. Selebihnya Egy Maulana terlempar lagi di tim junior atau jadi pemanis bangku cadangan.
Suporter Indonesia terus membanjiri media sosial Lechia Gdansk dengan tuntutan agar Egy rutin dimainkan. Namun, pelatih Piotr Stokowiec bergeming dan tetap meminggirkan Egy.
Karier Egy di Lechia makin tak menentu di musim ketiga. Stokowiec masih belum melirik Egy Maulana dan lebih sering memberikan kesempatan kepada pemain muda lain seperti Karol Fila (22) dan Tomasz Makowski (21).
Menit bermain Egy musim ini memang tercatat lebih baik dibanding dua musim sebelumnya. Namun, presentase bermainnya masih teramat minim bagi talenta muda Indonesia yang diharapkan bisa melejit di negeri orang.
Musim ini Egy Maulana hanya empat kali mendapat kesempatan bermain di Ekstraklasa dengan total durasi 55 menit tanpa mampu mencetak gol. Egy selalu turun dari bangku cadangan dan belum pernah dipercaya sebagai starter.
Suporter Lechia pun tak segan mengkritik keberadaan Egy Maulana Vikri. Pemain muda asal Indonesia itu dianggap tak mampu berkontribusi banyak bagi tim.
"Ada baiknya mempertimbangkan keinginan melanjutkan proyek 'Messi Indonesia'. Egy Maulana Vikri adalah pesepakbola yang membingungkan. Sulit melihat kekuatannya. Ini merupakan musim ketiganya di Lechia dan kami tidak melihat kemajuan," tulis Lechia.net.
"Jika dia bersinar, itu terjadi di pertandingan tim cadangan. Musim ini bahkan dia tidak bisa bergabung dengan tim kedua, dan di liga Ekstraklasa dia mendapat 60 menit bermain yang memusingkan [tersebar di empat pertandingan] dan dia tidak menunjukkan sesuatu yang istimewa," sambung tulisan tersebut.
![]() |
Kritik dari suporter Lechia cukup berdasar. Egy Maulana tak mampu menembus skuad utama dan jauh dari ekspektasi julukan Messi yang kadung melekat.
Diketahui, Messi adalah salah satu pemain terhebat yang pernah ada di dunia. Pamornya menyamai Diego Maradona dan Pele yang dianggap sebagai legenda sepanjang masa.
Egy Maulana yang kini berusia 20 tahun harus menerima kenyataan. Lechia bukan lagi masa depan. Ia harus berani mengambil keputusan hengkang untuk mengejar menit bermain. Toh, Polandia sendiri tak masuk hitungan di ajang internasional meski memiliki striker ternama macam Robert Lewandowski.
Pulang ke kampung halaman dan mencoba menata karier di klub Liga 1 bisa jadi pilihan realistis mengingat kegagalan yang dialami di Polandia.
Masa depan Egy Maulana masih panjang. Bakatnya jangan sampai terbuang percuma menanti kesempatan yang tak kunjung tiba di Lechia.
Jangan lagi bebani Egy Maulana dengan julukan Messi Indonesia. Biarkan ia jadi diri sendiri dan kelak menjadi pemain bintang atau bahkan melegenda seperti Kurniawan Dwi Yulianto dan lain-lain.
(ptr)