Hukuman Bhayangkara FC Matikan Karier Serdy Ephy

CNN Indonesia
Senin, 07 Des 2020 14:30 WIB
Hukuman pemecatan Serdy Ephy Fano dari Bhayangkara Solo FC dinilai mematikan karier pesepak bola yang pernah menjadi bagian Timnas U-19.
Serdy Ephy Fano pernah menjadi salah satu pemain depan di Timnas Indonesia U-19. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hukuman pemecatan Serdy Ephy Fano dari Bhayangkara Solo FC dinilai mematikan karier pesepak bola yang pernah menjadi bagian Timnas Indonesia U-19.

Serdy dipecat dari Bhayangkara setelah dicoret dari Timnas Indonesia U-19 akibat tindakan indisipliner saat mengikuti pemusatan latihan bersama Skuad Garuda Muda.

Pengamat sepak bola nasional, M. Kusnaeni, menilai hukuman ganda yang diterima Serdy bisa mematikan karier pemain kelahiran Jailolo itu dan menganggap pembinaan akan memiliki dampak lebih baik. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Serdy secara mental jatuh sekali karena mendapatkan hukuman berat. Yang saya khawatirkan, meskipun secara skill dia oke tapi dia sudah mendapatkan cap buruk pemain yang tidak bisa diatur. Bukan hanya berat di mental tapi cap pemain indisipliner itu yang sulit buat dia mendapatkan klub nantinya," kata Kusnaeni kepada CNNIndonesia.com, Senin (7/12).

Menurut Kusnaeni, pesepakbola bandel adalah hal umum yang terjadi hampir di seluruh dunia. Namun, ia belum pernah melihat seorang pemain bandel di timnas, dihukum dengan pemecatan di klub.

"Serdy harus dilihat sebagai aset karena berhasil dipanggil timnas. Artinya dia aset yang harus dipelihara. Wajar kalau dia dihukum, tapi jangan mematikan kariernya," sebutnya.

Pertandingan antara timnas Indonesia U-19 melawan timnas Korea Utara U-19 pada laga babak kualifikasi grup K Piala Asia U-19 2020 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu, 10 November 2019. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaSerdy Ephy Fano (kiri) dicoret dua kali oleh Shin Tae Yong karena indisipliner. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Serdy sudah dua kali dicoret Shin Tae Yong karena melakukan dua tindakan indisipliner yang berbeda. Sebelum absen dalam latihan pagi sekaligus absen timbang badan, pemain 17 tahun itu juga tidak disertakan ke Kroasia karena bangun kesiangan.

"Mereka pemain muda, tidak tahu ikatan kontraknya profesional atau Elite Pro Academy. Apalagi Serdy datang dari pelosok di Ternate, jadi kehidupan di Jakarta membuat dia agak silau. Jauh dari keluarga dan faktor pergaulan membuatnya keluar batas," ucap Kusnaeni.

Menurut Kusnaeni, kontrak antara pemain dan klub juga harus dilihat ulang karena bisa menjadi pijakan soal pemecatan yang dilakukan Bhayangkara.

"Apa kesalahan yang dilakukan Serdy layak membuatnya dipecat atau itu sebuah keputusan emosional? Harus berbasis pada kontrak. Serdy melakukan kesalahan di Timnas U-19 bukan di klub. Dicoret Timnas saja sudah berat, apalagi peluang masuk ke Timnas lagi kecil. Jangan kasih hukuman berganda untuk kesalahan itu."

"Dalam kondisi ini penting buat klub berperan memberikan dan mengawal kepribadian karakter supaya dia jadi pesepakbola yang komplet, skill dan mental. Kalau ada salah, dihukum cuma hukumannya ini ganda, dari Timnas dan klub dan itu memberatkan karier Serdy," ujarnya.

GIF Banner Promo Testimoni

Hukuman Barito Putera kepada Mochamad Yudha Febrian dianggap lebih ideal oleh Kusnaeni karena bersifat mendidik dan berguna bagi mental serta kepribadian.

"Misal, Bhayangkara FC memberikan pendidikan kepolisian selama sebulan atau dua bulan biar dia tahu suasananya seperti apa mengikuti pendidikan. Jangan hukuman itu mematikan hukuman karier dia."

"Tapi bagaimana hukuman itu membuat dia sadar kalau dia salah, bahkan dua kali. Ini menjadi tanggung jawab klub. Saya justru mengapresiasi hukuman Barito Putera ke Yudha. PSSI juga seharusnya memberikan hukuman, tapi tidak kasih arahan ke klub, misalnya bilang ke klub untuk membina pemain lebih baik," ungkap Kusnaeni.

(ttf/sry)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER