Olahraga catur di Indonesia sedang naik daun dalam beberapa pekan terakhir. Berasal dari India, catur masuk ke Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda.
Kabid Binpres Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi), Kristianus Liem kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/4), menjelaskan hampir semua ahli sejarah di dunia yang menyelidiki asal usul catur sependapat catur berasal dari India kemudian menyebar ke Dunia Barat.
Dalam perjalanannya catur mengalami beberapa kali perubahan peraturan permainan, terakhir pada abad ke-16 (zaman permainan Ruy Lopez) sehingga permainan catur mencapai bentuknya yang seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat masuk ke Indonesia, kebanyakan hanya orang-orang Belanda yang senang bermain catur. Namun pada akhir abad ke-19 mulai bermunculan klub-klub catur di Surabaya, Magelang, Yogyakarta dan Bandung.
Pada 1915 baru berdiri Nederlandsch Indische Schaakbond (NISB) atau Perkumpulan Catur Belanda-Indonesia di Yogyakarta. NISB merupakan perkumpulan catur pertama di Indonesia dan juga merupakan cikal-bakal terbentuknya Percasi.
Sekitar 1938 sampai pecah perang dunia kedua, jumlah penggemar catur dari kalangan orang Indonesia semakin meningkat, bahkan melebihi jumlah orang-orang Belanda (Eropa) yang berada di Indonesia.
Kegiatan catur di Indonesia juga disebut sempat berhenti total ketika Jepang mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Usai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di pada 1945, aktivitas bermain catur kembali muncul, terutama di pulau Jawa seperti di Solo, Yogyakarta dan Magelang.
Setelah itu, atau tepatnya pada 1948, didirikan Persatoean Tjatoer Seloeroeh Indonesia (PERTJASI) yang sekarang dikenal sebagai Percasi. Tapi secara resmi Percasi tercatat berdiri pada 17 Agustus 1950 di Yogyakarta.
![]() |
Dr. Suwito Mangkusuwondo terpilih sebagai Ketua Umum Percasi yang pertama mulai 1950-1954. Sampai saat ini total ada 19 nama yang pernah menduduki kursi Ketua Umum Percasi: Soeratno Sastroamidjojo (1955-1956), F.K.N Harahap (1956-1964), Max Maramis (1964-1964), Letkol Junus Samosir (1964-1967), Mayjen Dr. Aziz Saleh (1967-1975), Drs. Soemantri (1975-1979), Djokomoelyo Bangoenprawiro (1979-1982), Letjen Wahono (1982-1985).
Kemudian di era tahun 90-an, Percasi dipimpin Prof Moctar Kusuma Atmaja (1985-1990), lalu Bob Hasan (1990-1994), Akbar Tandjung (1994-1998), Bambang N. Rachmadi (1999-2000), Machnan R. Kamaluddin (2000-2003), Jeffrie Geovanie (2003-2004), GM Utut Adianto (2004-2005), Ir. Eddie Widiono (2005-2009) dan (2009 - 2010), Hashim S. Djojohadikusumo (2010-2013) dan (2013-2017) hingga sekarang kembali dipimpin GM Utut Adianto (2017 - 2021).
Percasi mulai turut berkiprah di percaturan internasional pada 1960 usai diterima sebagai anggota Federasi Catur Internasional (FIDE). Sejak saat itu Percasi terus berkembang melakukan pembinaan dan terbilang jauh dari masalah.
Pada 2000 catur diakui sebagai salah satu cabang olahraga resmi dunia, bukan lagi sekadar cabang olahraga permainan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC). Namun sampai saat ini catur belum masuk salah satu cabor yang dipertandingkan di Olimpiade musim panas maupun musim dingin.
Sebab itu catur memiliki Olimpiade khusus yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Kerumitan, keunikan, dan dinamika dalam permainan catur berkembang pesat seiring perkembangan teknologi komputer dunia.
Kristianus Liem sendiri tidak tahu pasti kenapa catur bisa masuk kategori olahraga.
"Ukurannya, yang masuk olahraga adalah kegiatan yang menghabiskan energi sekian banyak. Kalau secara gerakan, catur tidak ada aktivitas fisik. Tapi penelitian ilmiah menyebut setelah diukur bertanding sekian lama, energi pecatur yang keluar lebih besar dari seorang petinju."
"Belakangan, olahraga juga tidak melulu soal aktivitas fisik, ada yang soal persahabatan juga yang bisa dimasukkan sebagai aktivitas olahraga," ujar Kris.
(ttf/har)