Total 12 klub elite dengan sejarah bernilai tinggi menggagas pembentukan liga elite European Super League. Langkah ini membuat masa depan sepak bola dalam situasi yang tak pasti.
Deretan 12 klub elite yang menggagas European Super League adalah Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid (Spanyol), Juventus, AC Milan, dan Inter Milan (Italia), dan enam klub Inggris yaitu Manchester United, Liverpool, Manchester City, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.
Merujuk nama-nama yang ada, 12 klub tersebut adalah magnet kompetisi Eropa dalam dua dekade terakhir, meskipun ada beberapa di antara mereka yang tengah kehabisan napas di Eropa seperti AC Milan atau bahkan tim yang tak pernah juara Liga Champions seperti Arsenal, Tottenham Hotspur, Atletico Madrid, dan Manchester City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada intinya, 12 klub yang merasa dirinya adalah pusat dan magnet utama sepak bola, baik di dunia dan Eropa, ingin membuat gerakan yang berpusat pada mereka. Tiga klub lain yang disebut coba dirangkul namun menolak adalah Bayern Munchen, Borussia Dortmund, dan Paris Saint-Germain. Klub lain yang juga disebut masuk dalam pembahasan adalah RB Leipzig dan FC Porto.
Kelompok elite ini ingin merancang kompetisi dengan format peserta tetap yaitu 15 klub yang berarti mereka masih membutuhkan tiga klub lainnya, dan lima klub tambahan merujuk pada performa di kompetisi masing-masing.
![]() |
Total 20 klub bakal dibagi menjadi dua grup dengan mempertandingkan sistem kandang-tandang. Lalu kompetisi berlanjut ke babak perempat final dan seterusnya hingga kompetisi memiliki gelar juara.
Format kompetisi ini jelas merupakan tantangan serius bagi kompetisi Liga Champions yang selama ini jadi arena pertarungan jagoan-jagoan dari banyak negara.
Klub Elite Ingin Makin Kaya dan Aman
Melihat format kompetisi yang diajukan dalam European Super League, jelas terbaca bahwa klub-klub yang masuk dalam kategori dalam klub pendiri ingin hak eksklusif dalam kompetisi ini demi pundi-pundi uang yang lebih banyak.
Dalam kompetisi yang telah bergulir sejauh ini, sebanyak apapun uang, klub elite Eropa belum punya jaminan lolos ke Liga Champions. Contohnya saja Manchester United yang sempat terlempar dari zona empat besar beberapa tahun lalu.
Namun dalam European Super League, Manchester United dan klub pendiri lainnya akan terus aman mengikuti kompetisi tersebut.
Seburuk-buruknya Arsenal dan sehancur-hancurnya Tottenham, mereka pun akan tetap ikut serta di European Super League karena berstatus sebagai klub perintis.
![]() |
European Super League menawarkan pembagian keuntungan yang lebih besar untuk klub-klub anggotanya dibandingkan kompetisi di bawah UEFA selama ini. Nilai jualnya jelas, big match yang terus terjadi di tiap pekannya, bahkan sejak babak penyisihan.
Dengan 20 klub pilihan, duel-duel seperti Juventus vs Manchester City, Barcelona vs Liverpool, laga big match lainnya akan lebih sering terjadi. Apalagi European Super League terlebih dulu memainkan babak penyisihan sehingga durasi big match bisa berlangsung selama setahun penuh.
Namun format ini jelas membuat pagar dan batas yang jelas antara klub kaya dan klub-klub semenjana. Puluhan klub Eropa bakal saling sikut hanya demi mendapatkan lima slot yang disisakan oleh mereka para kelompok elite.
Format Liga Champions saat ini sendiri sejatinya sudah memberikan ruang yang lebih besar dan proporsional bagi klub elite dan negara yang liganya dianggap liga populer di Eropa.
Klub-klub dari Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia punya hak meloloskan empat wakil. Sedangkan Kosovo hanya punya hak meloloskan satu wakil. Drita yang jadi juara Liga Kosovo 2019/2020 pun harus memulai perjalanan mereka dari babak paling awal yaitu preliminary round.
UEFA sudah berusaha mengatur agar format proporsional. UEFA ingin tiap klub di Eropa tetap punya kesempatan untuk tampil di kompetisi level tertinggi namun mereka juga berusaha menjaga mutu kompetisi di level tertinggi dengan memberikan slot lebih banyak bagi liga-liga elite di Eropa.
Dengan format European Super League, klub-klub asal San Marino, Georgia, Finlandia, bahkan mungkin liga yang masuk level menengah seperti Swedia, Turki, dan Ukraina tidak akan bisa untuk sekadar bermimpi main di level elite.
![]() |
Gagasan Liga Super Eropa sendiri sudah berkembang sejak 90-an. Namun saat itu format masih sekadar dalam batas ancaman dan tekanan untuk UEFA. Perkembangan format Liga Champions dan penambahan peserta di dalamnya jadi jawaban UEFA atas tekanan tersebut.
Namun di European Super League kali ini, klub elite Eropa sudah melangkah lebih jauh dibandingkan sekadar coba memberikan tekanan atau tuntutan pada UEFA.