ANALISIS

European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 19 Apr 2021 19:02 WIB
European Super League yang saat ini masih bersifat seperti tarkam namun bisa jadi ancaman besar bila dibiarkan oleh UEFA.
Ancaman larangan tampil di kompetisi domestik bakal jadi ganjalan besar bagi European Super League. (AP/Antonio Calanni)

Ancaman European Super League ini langsung ditanggapi serius oleh UEFA. UEFA sudah bergandengan tangan dengan induk sepak bola tiap negara, dan juga dengan FIFA.

UEFA pun berani memastikan bila European Super League berjalan, para klub peserta tidak akan boleh mengikuti kompetisi domestik. Para pemain yang terlibat di dalamnya pun tidak boleh bermain di Piala Eropa dan Piala Dunia.

Selama ancaman tersebut benar-benar ditegaskan dan selama barisan di dalamnya tetap rapat dan berpegangan tangan, laga European Super League akan sulit untuk benar-benar digelar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Posisi klub elite dalam European Super League saat ini jelas. Mereka tetap ingin berpartisipasi di kompetisi domestik namun ingin punya waktu berlaga di European Super League pada tengah pekan.

Manchester City's Ilkay Gundogan, left, controls the ball next to Manchester United's Bruno Fernandes during the English Premier League soccer match between Manchester City and Manchester United at the Etihad Stadium in Manchester, England, Sunday, March 7, 2021. (Laurence Griffiths/Pool via AP)UEFA memastikan klub peserta European Super League tidak bisa tampil di kompetisi domestik. (AP/Laurence Griffiths)

Selama European Super League tidak masuk kalender UEFA, European Super League tak ubahnya seperti tarkam yang tidak digelar di bawah naungan badan resmi.

Klub-klub elite itu ingin mendapat pemasukan tambahan, yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya, sekaligus coba mendorong kompetisi tarkam ini akhirnya mendapat dukungan, setidaknya dari asosiasi sepak bola masing-masing klub elite tersebut.

Dengan posisi saling mengancam, jelas menarik untuk melihat pergerakan yang bakal terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Andai klub elite benar-benar berani mengabaikan ancaman tegas yang beredar, mereka akan tetap lurus pada pendirian dan menggelar European Super League terhitung pada 2023/2024.

Dari segi pemasukan lewat hak siar dan iklan, kompetisi ini berpotensi mendulang keuntungan sangat besar. Belum lagi potensi penonton yang tetap banyak di luar Eropa.

Namun mereka juga harus bersiaga mempersiapkan perangkat pertandingan sendiri andai UEFA dan FIFA melarang wasit-wasit berlisensi bertugas di sana.

Selain itu, selama sanksi UEFA dan FIFA berlaku tegas, pemberontakan dari pemain tentu tak akan bisa dielakkan begitu saja. Bakal banyak pemain yang keberatan bila harus menghadapi larangan membela tim nasional demi pemasukan klub mereka yang lebih banyak.

Soccer Football - Champions League -  Round of 16 Second Leg - Chelsea v Atletico Madrid - Stamford Bridge, London, Britain - March 17, 2021 Atletico Madrid's Luis Suarez in action with Chelsea's Kurt Zouma REUTERS/David KleinAncaman tak bisa membela tim nasional juga jadi salah satu hal yang menyulitkan European Super League. (REUTERS/DAVID KLEIN)

Sikap tegas dari Asosiasi Sepak Bola tiga negara tersebut juga diperlukan. Mereka harus benar-benar siap kehilangan tim-tim yang selama ini jadi simbol dan jualan utama kompetisi mereka.

Premier League harus siap kehilangan 'Big Six', Serie A harus siap tanpa Juventus, AC Milan, dan Inter Milan, sedangkan La Liga harus siap berjalan dengan ketidakberadaan Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid.

Saat kedua belah pihak menarik garis tegas, seharusnya UEFA dan FIFA yang akan tetap menang, namun ketika mulai ada pihak-pihak yang goyah dan ingin 'berjabat tangan' dengan European Super League, di situlah European Super League benar-benar bisa jadi ancaman dibandingkan sekadar turnamen kelas tarkam.

(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER