Sebelum mencapai kesuksesan saat ini, keinginan Zahra Lari menekuni seluncur indah sempat ditentang pihak keluarga.
Ayahnya, Fadhel adalah orang pertama yang melarang Zahra terjun di seluncur es karena dianggap bertentangan dengan tradisi dan budaya di Uni Emirat Arab. Menurut Zahra, seorang wanita berkompetisi di olahraga bukan sesuatu yang umum.
Di negara Muslim yang konservatif seperti Uni Emirat Arab, wanita diharapkan mengenakan pakaian tertutup, umumnya berjubah lebar dan berkerudung di depan umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Zahra melakoni rutinitas di seluncur indah dengan pakaian ketat di hadapan para pria. Hal itu bukan tugas mudah bagi wanita kelahiran Abu Dhabi tersebut dan keluarganya.
Pada awal-awal keterlibatannya di seluncur es, Zahra memutuskan tidak terlalu serius dan absen dalam sejumlah pertandingan. Hal itu dilakukan agar tidak menganggu pikiran ayahnya.
"Sebagai sebuah keluarga, kami pergi ke pertandingan hanya untuk menghibur teman-teman saya yang bertanding," ujar Zahra dikutip dari CNN.
Menurut laporan Kcrush, Fadhel memiliki alasan kuat melarang Zahra mendalami seluncur indah. Dijelaskan Zahra, ayahnya tidak ingin putrinya mendapat omongan miring dari masyarakat.
Kekhawatiran ayahnya terbukti, Zahra mendapatkan beberapa cemoohan lewat komentar di YouTube. Warganet tersebut menyatakan Zahra melakukan sesuatu yang haram dan dosa.
![]() |
Hanya saja, hati Fadhel akhirnya luluh ketika mengantar Zahra memberikan dukungan kepada teman-temannya yang berkompetisi.
"Dia [ayah] bisa melihat, meskipun saya menyemangati teman-teman yang bertanding, saya sedih, dan itu menghancurkan hatinya," ucap Zahra.
Sejak itu, Fadhel mengizinkan Zahra berlatih penuh dan berkompetisi di seluncur indah, sekaligus menjadi suporter setia wanita kelahiran Abu Dhabi tersebut.
"Ayah seperti bilang, 'Kamu tahu apa? Lupakan apa yang dikatakan orang-orang di tempat kerja. Lupakan tentang siapa pun yang bicara'. Dia juga bilang, 'Saya tahu itu adalah sesuatu yang kamu cintai. Kami tidak salah. Lalu kenapa tidak? Pergilah dan bekerja keras," kata Zahra menirukan ucapan Fadhel.
Zahra menuturkan, di tempat kerja ayahnya di bidang telekomunikasi, banyak orang mempertanyakan keputusannya mengizinkan Zahra tampil di seluncur indah.
"Tapi, dia mengabaikannya. Ayah seperti tidak peduli dengan yang mereka katakan. 'Saya ayahmu. Saya menginginkan yang terbaik lebih dari siapa pun. Dan jika saya tahu ini adalah sesuatu yang salah, saya tidak akan membiarkan kamu melakukannya'," Zahra menjelaskan.
Sementara itu ibunya, Roquiya Cochran, selain menjadi manajer, juga seperti sandaran dan orang yang selalu memberikan dukungan penuh kepada Zahra.
Bahkan, saat ini keluarga Zahra memiliki klub seluncur, Emirates Skating Klub yang didirikan oleh ayahnya, sedangkan ibunya Roquiya sebagai CEO klub tersebut.
Dukungan penuh keluarga dibayar Zahra dengan kerja keras. Selama enam hari dalam seminggu Zahra selalu bangun pada pukul 4:30 untuk berlatih.
Pada sesi pagi, Zahra berlatih hingga pukul 7:30, dilanjutkan dengan kuliah di Universitas Abu Dhabi jurusan kesehatan dan keamanan lingkungan.
"Pukul 16:00 saya kembali latihan sekitar satu setengah jam. [Kebiasaan] itu tidak sulit, saya menyukai itu, dan saya ingin sukses," kata Zahra dikutip dari Al Arabiya.
Zahra adalah perwujudan cinta sebenarnya terhadap seluncur indah. Meski masih memiliki karier yang panjang, namun Zahra sudah memantapkan diri menjadi pelatih seluncur di masa depan dibandingkan bekerja di kantoran.
"Saya katakan kepada wanita UEA untuk mengikuti impian mereka dan mencoba menemukan hal yang benar-benar mereka sukai dan memberikannya 100 persen," tutur Zahra kepada National.
(sry/har)