Hanna Ramadini mengaku tidak mendapatkan paksaan untuk berhijab, yang membuatnya harus 'pensiun' dari Pelatnas Cipayung.
Orang tua, terutama sang ibu, sangat ingin Hanna lebih mendalami agama dan juga berhijab. Tapi, mereka tidak pernah mendesaknya guna menutup kepalanya dengan kerudung. Hal itu disadari orang tuanya, karena karier Hanna di bulutangkis.
Titik awal Hanna mengenakan kerudung adalah kesadarannya soal kehidupan di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang benar-benar jadi titik balik mau berhijab itu karena saya merasa belum tentu panjang umur. Karena kan tidak ada yang tahu ke depan seperti apa," ujar Hanna.
"Saya tidak mau nanti mati tapi belum menutup aurat," ucap Hanna menambahkan.
Setelah mundur dari pelatnas Cipayung, mantan pebulutangkis 26 tahun itu masih sempat meneruskan kariernya bersama Mutiara Cardinal Bandung dengan menggunakan hijab medio 2019.
Dia juga sempat mengikuti beberapa kejuaraan internasional membawa nama Mutiara Cardinal Bandung mulai di Malaysia, Singapura, India dan China.
Hanya saja kendala sempat dialami Hanna saat tampil di China. Di Negeri Tirai Bambu itu hanya mendapat larangan bermain karena mengenakan jilbab.
Bahkan, salah satu wasit di di kejuaraan tersebut memintanya mencopot jilbab jika ingin tetap bermain.
"Ada perdebatan waktu itu. Tapi saya bilang, ini [hijab] agama saya, keyakinan saya tidak bisa dicopot. Terus saya tanya, ada peraturannya [tidak boleh memakai hijab], enggak kan? Akhirnya bisa main," kata Hanna.
Di pertengahan 2019, Hanna memutuskan untuk gantung raket karena sang kekasih yang juga mantan pebulutangkis, Arya Maulana Aldiartama, serius meminangnya.
Setelah menikah, Hanna lalu diboyong Arya ke Amerika Serikat karena sang suami menjadi pelatih bulutangkis di Negeri Paman Sam tersebut.
Awalnya, Hanna juga sempat ikut bantu-bantu suami melatih bulutangkis. Namun sejak kehadiran Alfatih Qurani, anak lelaki pertamanya ia memutuskan untuk full time sebagai ibu rumah tangga. Meski demikian, Hanna mengaku tetap merindukan kembali ke lapangan.
"Kangen ya kangen, sudah hampir 15 tahun di bulu tangkis. Yang paling dikangenin itu suasana pertandingannya, bagaimana adrenalinnya naik. Main di lapangan tuh senang saja. Tapi bagaimana kan pilihan," cerita Hanna.
(ttf/ttf/sry)