Hanna Ramadini membuat keputusan besar dalam kariernya di badminton. Hanna mundur dari Pelatnas PBSI di Cipayung demi komitmen mengenakan hijab.
Bagi Hanna memutuskan tidak lagi di tim nasional bukan hal sulit yang harus diambil. Dalam pikiran Hanna, dia hanya ingin meneguhkan imannya kepada ajaran Islam.
Hanna sadar betul, saat itu belum ada pebulutangkis wanita kenamaan yang mengenakan jilbab. Alasan tersebut juga yang menjadi salah satu faktor pergi dari Cipayung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya niat sudah ada dari 2017 mau pakai hijab. Tapi belum terlaksana karena belum pede [percaya diri]. Terus, kayaknya pemain belum ada yang berhijab, jadi over thinking," kata Hanna dalam perbincangan bersama CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, itu bukan sekadar berniat. Hanna mencoba merealisasikannya dengan mulai membeli hijab pada 2017, atau setahun sebelum mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung.
Hijab itu Hanna kenakan saat di luar latihan. Akan tetapi, pada masa-masa tersebut juga terjadi pergolakan di dalam batinnya sehingga membuat peraih medali perak SEA Games 2015 tersebut tidak nyaman.
Hanna mencoba menutupi kegundahan dengan belajar dan mendalami Islam lewat kajian-kajian. Proses itu makin memantapkannya untuk menutup aurat.
Tahap demi tahap dilakoni, salah satunya membiasakan diri latihan menggunakan legging atau manset yang menutup rapat lengan tangan dan kakinya sebagai langkah awal memulai niat baiknya berhijab.
"Larangan [pakai jilbab] tidak ada. Tapi ada selentingan yang bilang itu tidak boleh. Sekalipun saya pakai legging saja, sempat dipanggil terus ditanya, kenapa? Ya sudah mungkin tidak boleh, jadi saya putuskan untuk mengundurkan diri saja dari pelatnas."
"Tapi saya juga ada terinsiprasi dari [Mohammad] Ahsan. Ahsan bisa menjalani ini, berhijrah tapi masih main. Kok saya enggak bisa ya? Tapi kalau perempuan kan agak ribet ya karena pakai jilbab," ujarnya.
![]() |
Hal lain yang mendorong Hanna kukuh berhijab adalah kebiasaan saat bulan puasa di Pelatnas Cipayung. Para atlet nasional dituntut berlatih maksimal dan totalitas meskipun saat bulan puasa. Jika seorang atlet berpuasa dikhawatirkan latihannya kurang optimal.
Sementara, pelatih bertanggung jawab pada prestasi yang diraih para atletnya. Bahkan atlet bisa dehidrasi dan kelelahan jika tetap memaksakan berpuasa saat latihan.
Hanna juga mengaku sempat melakukan survei tentang atlet berhijab di dunia olahraga. Dia menemukan seorang atlet anggar asal Amerika Serikat, Ibtihaj Muhammad, yang sudah berhijab lebih dulu. Sayang, ketika itu ia merasa masih belum siap secara mental.
Setelah Ramadan 2018, Hanna memantapkan niat untuk mundur. Keinginan pergi dari Pelatnas Cipayung tersebut dilanjutkan dengan meminta izin kepada orang tuanya.
Hanna juga minta izin ke klubnya, Mutiara Cardinal Bandung, dengan membeberkan sejumlah alasan. Berbekal restu dari orang tua dan juga klub yang menaunginya, Hanna menghadap ke Pelatih Tunggal Putri di Pelatnas Cipayung, Minarti Timur, dan mengutarakan keinginannya mundur.
Pada awal Juni 2018, Hanna Ramadhini yang ketika itu menempati peringkat 47 dunia akhirnya resmi meninggalkan Pelatnas Cipayung.
Lihat juga:Catatan Waktu Lalu Zohri Membaik Usai Cedera |
"Saya bilang ke pelatih mau mengundurkan diri karena saya enggak sanggup puasa di Cipayung, berat banget. Alasannya mau hijrah, mau lebih ke agama. Kalau di pelatnas saya tidak sanggup, saya tahu diri."
"Ada yang menahan, bilang ke saya coba untuk dipikirkan lagi. Tapi saya sudah mengobrol sama orang tua dan semua mengizinkan mundur. Akhinya habis Lebaran, sebelum Asian Games 2018 saya pakai hijab dan mundur dari pelatnas," ujarnya.