Jakarta, CNN Indonesia --
Kesuksesan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas badminton di Olimpiade Tokyo 2020 tak lepas berkat tangan dingin Eng Hian.
Pria kelahiran Solo 44 tahun silam ini telah menjabat sebagai pelatih ganda putri Indonesia sejak 2014.
Berbagai prestasi membanggakan telah dipersembahkan untuk Indonesia kala menjadi pelatih ganda putri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh tahun berjuang mengatasi permasalahan di nomor ganda putri Indonesia, buah manis dari perjuangan Eng Hian akhirnya dipetik saat membawa Greysia/Apriyani merebut medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Eng Hian sukses menjadi pelatih pertama yang membawa ganda putri Indonesia merebut medali emas Olimpiade.
 Eng Hian mengusap kepala Greysia Polii usai meraih medali emas ganda putri badminton Olimpiade Tokyo 2020. (REUTERS/Leonhard Foeger) |
Selain medali emas Olimpiade Tokyo, Eng Hian juga sukses membawa Greysia/Apriyani menjadi juara French Open 2017, India Open 2018, dan Thailand Open 2021. Medali emas SEA Games 2019 juga menambah koleksi keberhasilan Eng Hian sebagai pelatih ganda putri.
Lewat pasangan lain, Eng Hian juga sukses membawa tim ganda putri Indonesia meraih Medali emas Asian Games 2014 saat masih mengandalkan pasangan Greysia Polii/Nitya Krsihinda Maheswari.
Dalam gaya melatih, Eng Hian dikenal sebagai pelatih yang tenang. Ketenangannya itu juga membuat para pemainnya ikut tenang dalam permainan.
Pelatih berusia 44 tahun itu juga dikenal sebagai pelatih yang mengutamakan kualitas dibandingkan nama besar seorang atlet. Karena itu, dalam menunjuk pemain Eng Hian tidak pernah melihat nama besar seorang pemain.
Lantaran hal tersebut, Eng Hian pernah dianggap tidak punya pendirian setelah kerap melakukan bongkar pasang komposisi di ganda putri. Tetapi, Eng Hian melakukan itu karena dia tidak puas dengan performa dan kualitas yang ditunjukkan oleh pasangan sebelumnya.
Pelatih kelahiran Surakarta ini juga dikenal memiliki kemampuan yang baik dalam mempersiapkan fisik serta mental anak asuhnya. Terlebih, Eng Hian juga pandai dalam strategi permainan dan pandai membaca permainan lawan.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Eng Hian sendiri merupakan mantan atlet badminton kebanggaan Indonesia. Dia adalah atlet badminton ganda putra yang pernah membela Indonesia di berbagai ajang internasional.
Karier Eng Hian melejit pada tahun 2003 hingga 2007 saat usianya masih 23 hingga 27 tahun. Pada awal kariernya, Eng Hian dipasangkan dengan Hermono Yuwono.
Satu tahun berpasangan dengan Hermono Yuwono, prestasi terbaik Eng Hian adalah menjadi runner up di Hong Kong Open dan turnamen Indonesia International 1997.
Setahun kemudian, Eng Hian berganti pasangan. Dia kali ini dipasangkan dengan Flandy Limpele yang menjadi pasangan terbaiknya selama tujuh tahun dari 1998 sampai 2005.
 Eng Hian (tengah) bersama ganda putri Indonesia Nitya Krishinda (kanan) dan Gresya Polii (kiri) bergembira usai penghargaan medali emas Ganda Putri Asian Games ke-17 di Gyeyang Gymnasium, Incheon, Korsel, Sabtu (27/9). (ANTARA FOTO/SAPTONO/Spt/14) |
Bersama Flandy Limpele, Eng Hian sukses menjuarai berbagai kejuaraan. Bahkan, pasangan ini sempat menghuni peringkat satu dunia.
Prestasi terbaik Eng Hian/Flandy Limpele adalah meraih medali perunggu di nomor ganda putra badminton di Olimpiade Athena 2004.
Semasa kariernya, Eng Hian/Flandy Limpele juga sempat membela Inggris pada 2001-2003. Ketika membela Inggris, Eng Hian/Flandy Limpele mampu mempersembahkan tiga gelar juara: Singapore Open 2002, Swiss Open 2003, dan Japan Open 2003.
Tetapi pada akhir 2003, Eng Hian kembali membela tim Indonesia. Bahkan saat comeback, Eng Hian dan Flandy Limpele langsung membawa Indonesia juara di German Open 2003.
Namun, tak selamanya Eng Hian berpasangan dengan Flandy Limpele. Pada 2006, Eng Hian berganti pasangan dengan Rian Sukmawan dan langsung berhasil menjuarai New Zealand Open 2006 dan Dutch Open 2006.
Selebihnya, tak banyak prestasi yang ditorehkan saat Eng Hian berpasangan dengan Rian Sukmawan. Hingga akhirnya Eng Hian mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung pada 2006.
Awal Mei 2007, Eng Hian atau biasa disapa Ko Didi ini memutuskan pindah ke Singapura untuk melanjutkan karier sebagai pelatih merangkap pemain.
[Gambas:Photo CNN]