Puluhan tahun berkecimpung sebagai pengadil, Wahyana sering menjadi saksi berbagai partai besar. Satu yang ia rasa paling membekas adalah perseteruan antara dua raja di kelas tunggal putra. Yakni, Lin Dan dan Lee Chong Wei.
Tensi di setiap pertemuan antara pebulu tangkis asal Tiongkok dan Malaysia itu, diakuinya, selalu tinggi. Wahyana terbawa rivalitas 'Super Dan' dan 'The Mighty Chong Wei'.
"Lee Chong Wei lawan Lin Dan itu betul-betul sama-sama mempunyai kualitas yang luar biasa," kisahnya menggebu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi di situ membutuhkan konsentrasi yang luar biasa juga, karena bisa dikatakan mereka sama-sama pemain top dunia di eranya," lanjut pria kelahiran 10 September 1967 tersebut.
Di era sekarang, laga yang mempertemukan Kento Momota dan Viktor Axelsen juga tak kalah sangar. Meski, untuk tunggal putra Indonesia, menurutnya sejauh ini belum ada yang bisa menyamai level permainan Taufik Hidayat.
Begitu pula untuk kelas ganda putra. Pasangan klasik Rexy Mainaky dan Ricky Subagja masih tetap di hati Wahyana.
"Kalau untuk kejuaran beregu memang final Thomas dan Uber Cup yang paling boleh dikatakan paling sulit sebenarnya. Karena di situ atmosfer beda, beregu sama perorangan tetep beda gitu," tuturnya.
Di Olimpiade Tokyo 2020 ini sendiri, Wahyana jadi salah satu wasit asal Indonesia yang mendapat kepercayaan untuk bertugas.
"Kemarin itu ada 26 wasit yang tugas di Olimpiade dan pada saat final itu kan hanya 5 partai. Dan hanya dipilih lima terbaik katanya begitu, Alhamdulillah saya masuk 5 besar dari 26 tersebut," sambung dia.
Semasa kiprahnya sebagai wasit, pengalaman tahun ini jauh berbeda dengan ketiadaan penonton serta suporter buntut berlangsungnya turnamen di tengah masa pandemi Covid-19.
Namun, situasi ini sedikit banyak malah cukup menguntungkan buat Wahyana. Ia mengaku jadi lebih mudah fokus dan pertandingan cenderung berjalan mulus.
"Beda kalau misal penontonnya penuh, riuh, dan lain sebagainya. Kadang kita call, atau mengucapkan skor dan sebagainya itu tidak terdengar. Kendalanya kan seperti itu. Tapi dengan tanpa penonton kita mengucap dengan tidak terlalu keras saja sudah terdengar," bebernya.
(kum/jun)