Manchester United terus berupaya mencari orang yang tepat di kursi pelatih. Kali ini pilihan jatuh kepada sosok Erik ten Hag.
Bayang-bayang Sir Alex Ferguson masih begitu kental dalam ingatan penggemar The Red Devils. Sejak Ferguson resmi pamit sebagai pelatih pada 2013 lalu belum ada pelatih lain yang mampu mempersembahkan trofi Liga Inggris.
Selama sembilan tahun terakhir, MU pun sudah tujuh kali berganti pelatih dari yang statusnya permanen hingga cuma sementara. Jalan ceritanya pun sama, sederet pelatih itu tidak mampu memunculkan tim Man Utd yang bisa konsisten dalam meraih hasil positif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim 2022/2023 menjadi momen satu dekade MU tanpa kehadiran Ferguson di bangku pemain. Tanggung jawab yang diemban Erik Ten Hag pun tak main-main karena tekanan dari berbagai sisi begitu kencang terhadap pelatih-pelatih sebelumnya.
Langkah pertama Ten Hag untuk menyelamatkan MU adalah menyusun peraturan tegas bagi seluruh pemain. Setiap penggawa Man Utd wajib mematuhi 'cara main' Ten Hag dalam hal kedisiplinan.
Peraturan seperti memberi sanksi bagi pemain terlambat, larangan mabuk-mabukan, punya koki pribadi, hingga mengeluh kepada agen menjadi contoh bahwa Ten Hag ingin memperbaiki pemain sejak dalam pikiran.
Saat Ten Hag memimpin skuad Manchester United di tur pramusim, ia menunjukkan sosoknya sebagai pelatih penuh karisma. Juru taktik asal Belanda itu lebih sering berdiri di sisi lapangan alih-alih hanya duduk di bangku pemain.
Laga pramusim kontra Liverpool menjadi momen perdana Ten Hag sebagai pelatih. Dengan formasi 4-2-3-1, Ten Hag terlihat menerapkan pressing agresif jika lawan sedang menguasai bola.
Ten Hag juga bereksperimen ketika menugaskan bek sayap untuk menjelajah ke tengah lapangan. Hal ini membuat aliran bola MU cenderung lebih pendek namun semakin cepat dalam membangun serangan.
Laga kontra Liverpool berakhir dengan kemenangan 4-0. Kemudian dua pertandingan berikutnya melawan Melbourne Victory dan Crystal Palace menuai hasil maksimal.
Namun Man Utd harus puas dengan hasil imbang kontra Aston Villa dan Rayo Vallecano. Mereka bahkan sempat kalah 0-1 dari Atletico Madrid.
Tiga kemenangan, dua imbang, dan satu kekalahan merupakan indikasi MU masih perlu banyak perbaikan. Komposisi pemain menjadi aspek yang perlu diperhatikan Ten Hag dalam menyusun strategi.
Sejauh ini MU baru mendatangkan Lisandro Martinez, Tyrell Malacia, dan Christian Eriksen. The Red Devils belum menunjukkan tanda-tanda bakal mendatangkan pemain depan di tengah kabar Cristiano Ronaldo ingin hengkang.
Alhasil, Ten Hag hanya bisa memanfaatkan stok pemain depan yang ada seperti Anthony Martial, Marcus Rashford, dan mungkin Ronaldo. Namun Ten Hag perlu sadar bahwa MU perlu memperbaiki produktivitas gol jika melirik musim sebelumnya.
Kehadiran Ten Hag akan menjadi tontonan menarik bagi penikmat Liga Inggris. Jika berhasil menghasilkan trofi dalam waktu singkat, Ten Hag pantas mendapat predikat pelatih 'top'. Tapi jika gagal Ten Hag bakal mendapat predikat pelatih 'flop'.
Misi untuk minimal finis di empat besar Liga Inggris juga tidak akan mudah buat Ten Hag. Tim macam Arsenal dan Tottenham Hotspur juga sudah berbenah sehingga membuat persaingan masuk zona Liga Champions bakal lebih keras.
Rintangan dari Arsenal dan Tottenham ditambah begitu digdaya Manchester City dan Liverpool dalam memperebutkan trofi Liga Inggris. Sementara Chelsea secara kekuatan agak berkurang karena kepergian beberapa pemain pilar mereka.
(ikh/jal)