Menjamurnya mobil listrik murah pabrikan China memantik polemik, apakah sebenarnya pembeli pertama kendaraan membutuhkan mobil listrik atau tidak.
Kehadiran BYD Atto 1 membuat geger pasar otomotif. Pasalnya, mobil listrik asal China ini dibanderol dengan harga hampir setara mobil LCGC, yakni di bawah Rp250 juta
Banderol ini berpotensi mengusik pasar mobil LCGC hingga citycar, yang banyak disasar pembeli kendaraan pertama atau first car buyer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eagle Zhao, Presiden Direktur BYD Motor Indonesia, mengatakan Atto 1 diciptakan agar mobil listrik dapar digunakan secara luas dan dinikmati semua kalangan. Hal ini berkaca dari harga yang terjangkau, namun tak minim fitur.
"Kami melihat citycar dan kami juga merasa banyak sekali masyarakat Indonesia yang berjiwa muda," kata Eagle di ICE BSD, pekan kemarin.
"Beberapa di antaranya, mungkin baru lulus kuliah. Beberapa di antaranya, baru saja berkeluarga. Mereka baru saja memasuki rutinitas pekerjaan yang mungkin bisa dibilang membosankan antara kerja lalu kembali ke rumah," katanya lagi.
Menurut dia konsumen di kategori tersebut membutuhkan mobil yang sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk menunjang aktivitas harian. Melalui mobil listrik, konsumen tak hanya dapat menekan emisi, melainkan juga mengirit pengeluaran.
Ia memberi contoh, konsumen Atto 1cukup sekali isi daya di rumah dan mobil mereka bisa dipakai beraktivitas harian tanpa khawatir dompet jebol.
"Dengan hanya Rp7 ribu, kita bisa beraktivitas sehari-hari dengan charging di rumah. Kalau pakai SPKLU, biaya hanya sekitar Rp15 ribu," kata Eagle.
Lihat Juga : |
Bila dibandingkan dengan kebutuhan mobilitas harian dengan jarak tempuh pulang pergi 40 km, pengguna hanya perlu mengeluarkan biaya Rp20 ribu.
Pengeluaran tersebut tentu tak akan diperoleh pengguna mobil konvensional yang dituntut mengisi bahan bakar. Untuk saat ini banderol bahan bakar bervariasi, tapi paling terjangkau Rp10 ribu per liter.
"Dibandingkan dengan ICE (internal combustion engine), untuk daily commute, sebut saja untuk 40 km, menghabiskan Rp20 ribu," kata dia.
Tak cuma irit di jalan, kata dia Atto 1 juga ramah di kantong untuk urusan perawatan.
Kemudian, servis pertama baru dilakukan setelah satu tahun pemakaian atau jarak tempuh 20.000 km, mana lebih dahulu tercapai. Ini berbeda dari mobil konvensional yang biasanya harus servis berkala setiap 6 bulan atau 10 ribu km.
Secara keseluruhan, Eagle mengklaim biaya perawatan Atto 1 hanya separuh dari mobil ICE. Artinya, pengguna tak cuma hemat di bahan bakar, tapi juga saat melalukan perawatan berkala.
"Jadi bisa disimpulkan, biaya perawatan hanya setengah dari mobil ICE," kata Eagle.
Maka dari itu ia cukup optimistis Atto 1 dapat menjadi pilihan baru masyarakat kelas menengah yang berkeinginan memiliki sebuah mobil pertama.
"Jadi saya percaya, akan ada banyak kemungkinan yang first choice (first buyer) memilih BYD Atto 1," ucapnya.
Secara terpisah, Honda Prospect Motor (HPM), sebagai salah satu pabrikan LCGC (Brio Satya) dan city car (Brio RS),menganggap Atto 1 dan Brio, berada di segmen berbeda sehingga pasarnya tidak akan tumpang tindih.
Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director HPM menilai harga yang ditawarkan BYD untuk Atto 1 terbilang menarik untuk sebuah mobil listrik. Namun itu bisa jadi tak berlaku untuk pembeli mobil pertama yang rata-rata berasal dari kalangan konsumen LCGC dan citycar di Indonesia.
HPM saat ini memasukkan Brio ke dua segmen, yaitu Brio Satya di LCGC yang dijual mulai Rp170,4 juta hingga Rp202,5 juta dan model city car Brio RS yang dibanderol Rp248,2 juta sampai Rp258,2 juta. Banderol ini cukup beririsan dengan Atto 1.
"Itu menarik, tapi itu menarik bagi orang yang memang cari mobil listrik murah. Tapi belum tentu buat segmen orang yang first time buyer, seperti orang yang mencari LCGC seperti Brio Satya," kata Billy.
Billy melanjutkan first time buyer memiliki cara pandang berbeda saat hendak membeli kendaraan.
Mereka, kata dia, memilih mobil tak hanya dengan pertimbangan banderol sesuai kantong, tetapi sekaligua mencari ketenangan saat proses kepemilikan, baik saat membeli, menggunakan, melakukan perawatan hingga saat dijual kembali.
"First time buyeritu biasanya ingin mencari peace of mind, kayak ketenangan waktu beli, makai, rawat, sampai dijual lagi. Jadi kami rasa memang itu menarik, tapi untuk orang yang cari mobil listrik yang murah," katanya.
(ryh/dmi)