Jero Wacik, Terjerat Saat Lolos ke Senayan

CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2014 14:01 WIB
Lima bulan lalu, Menteri ESDM Jero Wacik mengabarkan dia lolos menjadi anggota DPR periode 2014-2019. Wajahnya cerah. Hari ini, Jero tersangka.
Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/ Arie Riswandy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raut wajah Jero Wacik cerah. Menteri ESDM itu sumringah. Ia punya pekerjaan baru lima tahun ke depan usai tak lagi memimpin Kementerian ESDM. Rabu (23/4), Jero mengabarkan kepada wartawan di Istana Negara bahwa dia lolos ke Senayan. Status anggota DPR periode 2014-2019 bakal segera disandangnya.

“Ini hadiah ulang tahun. Saya senang. Berdasarkan rekapitulasi suara di Bali, saya masuk (DPR),” kata politisi Demokrat yang maju dari daerah pemilihan Bali itu. Ucapan itu dilontarkan Jero sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-65.

Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat itu mengatakan, perolehan suaranya di Bali tertinggi dibanding caleg lain. Ia pun berterima kasih kepada rakyat Bali. “Perolehan suara saya 105 ribu sekian. Saya siap mengabdi,” ujar Jero yang tak lolos ke Senayan pada pemilu legislatif 2004.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu lima bulan lalu. Hari ini, Rabu (3/9), Komisi Pemberantasan Korupsi mengumumkan Jero Wacik sebagai tersangka dalam kasus pemerasan terkait pengadaan barang di kementerian yang ia pimpin. “Pemerasan senilai Rp 9,9 miliar,” kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dalam konferensi pers di kantor KPK.

Surat penetapan Jero sebagai tersangka diteken pimpinan KPK Selasa malam (2/9). Dalam kasus ini, KPK sebelumnya menetapkan mantan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Waryono Karno sebagai tersangka. Waryono diduga menerima gratifikasi dan melakukan korupsi penggunaan anggaran di Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM.

KPK menduga ada perintah dari Jero Wacik kepada Waryono terkait penggunaan anggaran di Kementerian ESDM. KPK telah memeriksa istri Jero Wacik, Triesnawati, dan anaknya, Ayu Vibrasita, pada 3 Juli 2014. Penyidik KPK juga meminta keterangan Jero soal dugaan penyimpangan anggaran dana di ESDM tahun 2010.

Menurut KPK, Jero memeras untuk mendapat dana operasional tambahan. Jero meminta bawahannya mencari pendapat lain, misalnya dengan meminta komisi dari beberapa proyek pengadaan di Kementerian ESDM dan melakukan rapat-rapat fiktif.

Langkah Jero menuju Senayan pun tersendat. Karier Jero sesungguhnya terbilang mulus. Lulusan sarjana teknik mesin Institut Teknologi Bandung itu tiga kali menduduki jabatan menteri. Pertama, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di periode pertama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Ketika SBY terpilih untuk kedua kalinya sebagai presiden, Jero kembali ditunjuk untuk menduduki pos menteri yang sama. Pada 18 Oktober 2011 ketika SBY merombak Kabinet Indonesia Bersatu II, Jero ditunjuk menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menggantikan Darwin Saleh.

Jero sempat membantah terlibat kasus. Menurut dia, Rabu (16/7), semua menteri mendapat dana operasi tiap bulan, dan dia tak pernah bicara soal komisi.

Apapun, sang menteri kini terjerat. Partai tempatnya bernaung pun meminta dia mengundurkan diri. “Sudah tertera di pakta integritas yang kami tandatangani, kader yang tersandung masalah hukum dan berstatus tersangka otomatis harus mengundurkan diri,” kata anggota Majelis Tinggi dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua kepada CNNIndonesia.

Jero Wacik mendapat perlakuan sama seperti kader Demokrat lain. “Dia harus bersikap sama seperti Andi Mallarangeng. Ketika Andi menjadi tersangka, dia langsung mundur,” ujar Max.

Demokrat menyerahkan sepenuhnya kasus yang membelit Jero Wacik kepada KPK. “Kami tak masuk wilayah hukum. Silakan KPK bertindak,” kata Max.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER