Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Politik Nusantara Center Yudi Haryono, menilai bahwa puluhan tokoh yang digadang sebagai calon menteri dan terlihat datang ke Istana Negara pada empat hari belakangan ini bukan representasi rakyat yang selama ini mendukung Presiden Joko Widodo.
Ia juga berkata bahwa program kerja Jokowi tidak akan berjalan jika mereka dipilih sebagai pembantu presiden.
“Saat ini, 75 persen dari nama-nama yang datang ke istana adalah orang-orang elit. Sisanya dari
grassroot,” ujar Yudi dalam diskusi yang mengangkat tema Menagih Janji Semangat Trisakti dalam Kabinet Jokowi-JK, di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/10) petang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan, meski Jokowi berasal dari PDI Perjuangan yang selama ini dikenal sebagai representasi rakyat kecil, ada beberapa nama yang berlawanan dengan sosok Jokowi.
Yudi mencontohkan nama Tjahjo Kumolo sebagai salah satu sosok yang tidak memiliki kesamaan dengan Jokowi.
“Tjahjo Kumolo adalah bagian dari mereka yang kategorinya bertentangan dengan Jokowi. Pasti tidak akan ketemu nantinya,” katanya.
Persentase yang didominasi oleh kaum elite politik itu, dikatakan Yudi, terjadi karena dua hal.
Pertama adalah karena Jokowi belum menyadari dirinya sendiri dan sedang terhanyut dalam euforia kemenangan, sementara yang kedua karena pertarungan politik dan pertempuran kepentingan.
“Ini sangat kentara ketika melihat orang-orang yang dipanggil ke istana. Orang-orang itu representasi elite, dan itu paling berbahaya kalau konteksnya akan mengurus ekonomi."
"Karena sebenarnya pemilu itu akhirnya bukan pertarungan massa, tapi pertarungan memperebutkan sumber-sumber ekonomi,” papar Yudi.
Dia juga mengatakan ada konsekuensi yang harus diterima oleh Jokowi, jika masih mempertahankan dominasi elite tersebut, yaitu mulai dari munculnya kemarahan rakyat yang selama ini meyakini Jokowi sebagai simbol perubahan, hingga mandeknya seluruh program kerja yang berhubungan langsung dengan masalah rakyat.
Yudi menuturkan bahwa orang hanya akan memperjuangkan kepentingannya sendiri sesuai dengan latar belakang.
"Kaum profesional akan membantu kaum profesional, kaum kaya akan membantu kaum kaya, kaum profesor akan membantu kaum akademisi saja. Sedangkan rakyat kecil yang selama ini memimpikan perubahan, menjadi tidak berhasil,” tegas Yudi.