Tumpeng Istimewa Mega untuk Ibu Rapeh, Penguasa Dapur PDIP

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 23:34 WIB
Megawati berkisah, saat peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996, Ibu Rapeh menangis dan menggerung karena dandangnya diambil oleh orang-orang yang merebut kantor PDI.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri didampingi putrinya, Puan Maharani, saat meresmikan kantor baru PDIP di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat, Senin (1/6). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri membagikan-bagikan enam potongan tumpeng pada peresmian kantor baru PDIP di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat, Senin (1/6).

Orang yang mendapat kehormatan menerima potongan tumpeng pertama Mega ialah AP Batubara, kader senior PDIP. Sesudahnya, berturut-turut menerima potongan tumpeng adalah Alex Litaay dan Mangara Siahaan yang juga tokoh senior PDIP.

Penerima potongan tumpeng keempat ialah Teras Narang yang kini menjabat Gubernur Kalimantan Tengah. Setelah dia, giliran Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Ribka Tjiptaning yang mendapat tumpeng dari Mega.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu para kader PDIP merasa Megawati telah selesai membagi-bagikan potongan tumpeng. Namun sang Ketua Umum ternyata tiba-tiba meminta satu potong tumpeng lagi diberikan kepada orang spesial.

Megawati lantas berbisik kepada pembawa acara peresmian kantor baru PDIP, kader yang juga komedian Dedi Gumelar alias Miing. Dibisiki Mega, Miing lantas mengangguk-angguk tersenyum.

“Ini spesial. Potongan terakhir ini akan Ibu Mega berikan kepada Ibu Rapeh, penguasa dapur DPP PDI Perjuangan, baik di sini (Diponegoro) maupun di Lenteng Agung (kantor lama PDIP di selatan Jakarta),” ujar Miing.

Nama Ibu Rapeh sebelumnya memang telah disebut Megawati saat menyampaikan pidato peresmian kantor baru PDIP. Mega berkisah betapa Ibu Rapeh menangis tersedu-sedu saat saat kantor PDI –saat itu belum PDIP– di Diponegoro 58 tersebut diserang pada 27 Juli 1996.

Pada Peristiwa 27 Juli 1996 alias Sabtu Kelabu alias Kudatuli –Kerusuhan dua puluh tujuh juli– itu, Kantor PDIP itu diserbu dan direbut massa pendukung Ketua Umum PDI versi Kongres Medan, Soerjadi, yang dibantu oleh aparat polisi dan TNI.

“Saya dengar dan ingat, Ibu Rapeh menangis sampai menggerung. Saya pikir dia menangis lantaran suaminya terluka," ujar Mega mengenang kejadian 19 tahun lalu itu.

Waktu itu, kata Mega, suami Ibu Rapeh memang menderita luka-luka. Namun ternyata Ibu Rapeh bukan menangis karena suaminya terluka. “Ternyata dia menangis akibat dandangnya diambil. Dandang pun diambil saat itu,” kata Mega.

Mendengar cerita Mega, Miing pun melontarkan canda. "Ibu Rapeh ini lebih sayang dandang daripada suaminya," kata dia disambut gelak tawa kader PDIP.

Sayangnya Ibu Rapeh tak kunjung menunjukkan batang hidungnya di hadapan Megawati untuk menerima potongan tumpeng. Miing mendapat informasi Ibu Rapeh sedang bekerja di dapur PDIP seperti biasanya.

Akhirnya Ibu Rapeh pun diwakili oleh seorang wanita bernama Sri untuk menerima tumpeng istimewa dari Megawati itu.

Setelah 19 tahun tragedi di Kantor PDI Diponegoro berlalu, kini gedung tua itu kembali berjaya. Dinding putih bangunan berlantai enam itu berdiri megah disangga lima pilar merah darah, warna khas PDIP. Mulai 17 Juni, seluruh kegiatan operasional partai penguasa itu akan resmi digerakkan dari Diponegoro di pusat ibu kota. (Baca: Kantor Megah di Pusat Lengkapi Kembalinya PDIP ke Kekuasaan) (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER