Jakarta, CNN Indonesia -- Staf Khusus Ketua DPR Nurul Arifin menjelaskan isi dan tujuan pertemuan antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan Fadli Zon dengan bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump di New York Kamis (3/9) lalu.
Menurut Nurul, pertemuan antara Setya dan Fadli dengan Trump dilakukan untuk membangun jaringan bisnis yang lebih besar di Indonesia. (Baca juga:
Politisi PDIP: Pimpinan DPR Seperti Antek Trump)
"Bertemu Donald Trump dalam rangka silaturahmi dan membangun networking dalam rangka memperkuat investasi Trump di Indonesia. Pertemuan dilakukan di lantai 26 Trump Plaza," ujar Nurul dalam rilis yang diterima, Minggu (6/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurul menjelaskan, tidak ada alasan bagi Setya dan Fadli untuk menolak ajakan pertemuan dengan Trump saat itu. Menurutnya, pertemuan ketiga politisi itu tidak bisa diartikan sebagai adanya dukungan politik dari Indonesia kepada Trump untuk lolos menjadi calon Presiden AS.
"Sebagai orang Timur yg memiliki kesantunan, ajakan tersebut dipenuhi. Bukan sebagai bentuk dukungan politk," katanya.
Pertemuan antara Setya dan Fadli dengan Trump turut memicu beragam reaksi dari masyarakat. Setya dan Fadli bahkan dipandang melanggar kode etik dalam UU MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) karena sempat foto bersama Trump kala itu. (Baca juga:
Muhammadiyah Sesalkan Pertemuan Pimpinan DPR dengan Trump)
Namun, dalam keterangan tertulisnya Nurul menjelaskan semua agenda perjalanan Setya dan rombongan DPR lain ke AS awal bulan ini. Berikut penjelasan Nurul seperti tertulis dalam rilis yang diterima:
1. Kunjungan Pimpinan ke DPR adalah perjalanan dinas dalam rangka memenuhi undangan IPU Speakers Conference (Inter Parliamentary Union) yaitu Konferensi Ketua Parlemen Dunia ke-4 yang berlangsung dari tanggal 31 Agustus hingga 2 September. Ketua DPR berbicara pada forum tersebut mengenai isu-isu demokrasi dan kesejahteraan.2. Indonesia menyerukan reformasi PBB dan seruan tersebut didukung oleh banyak negara peserta konferensi. Juga isu tentang SDG's (sustainable development goals). Ketua DPR juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan Ketua Parlemen Negara Jepang, Cheko, Jerman, Sudan, Kroasia, Finlandia, dan Iran dalam rangka mempererat hubungan kedua negara.3. Ketua DPR berbicara sebagai panelis di perdebatan umum tentang fungsi pengawasan DPR. Sidang IPU ditutup pada tanggal 2 September dengan menghasilkan kesepakatan untuk memperjuangan kondisi yang lebih demokratis dan berkeadilan bagi warga dunia. 4. Setelah itu bertemu Donald Trump dalam rangka silaturahmi dan membangun networking dalam rangka memperkuat investasi Trump di Indonesia. Pertemuan dilakukan di lantai 26 Trump Plaza. Setelah itu delegasi diajak turun ke lanatai dasar serta melihat acara konferensi press. Sebagai orang Timur yg memiliki kesantunan, ajakan tersebut dipenuhi. Bukan sebagai bentuk dukungan politik. 5. Berikutnya adalah kunjungan ke LA dalam rangka memberikan keynote speech di hadapan asosiasi bisnis Indonesia- Amerika. Dan bertemu dengan Diaspora Indonesia di LA. 6. Dilanjutkan dengan kunjungan ke Washington DC. Kunjungan ke Washington DC adalah untuk menjadi pembicara dalam diskusi The DPR 's enchanged role in Indonesia's Governance di Usindo atau Peran DPR dalam memajukan tata kelola pemerintahan yang bersih. 7.Rombongan berjumlah 14 orang beserta dengan staf sekertariat. Tidak benar bahwa rombongan berjumlah 67 orang. Usaha memelintir pertemuan dengan Trump ini adalah bagian dari usaha pengalihan isu dari pihak-pihak tertentu. Di saat rupiah melemah, harga-harga naik, pengangguran bertambah, isu ini diolah untuk alihkan isu substansial. (hel)