Jakarta, CNN Indonesia -- Politisi Partai Golkar Tantowi Yahya mengakui pertemuan rombongan anggota DPR dengan konglomerat Amerika Serikat Donald Trump dilakukan secara spontanitas lantaran tidak masuk dalam rencana program kunjungan kerja di negeri Paman Sam.
Meski demikian, Tantowi menganggap pertemuan yang dilakukan selama 30 menit dengan Trump itu masih relevan untuk dilakukan. Dalam hal ini, kala itu Trump diposisikan sebagai tokoh politik sekaligus pelaku bisnis. (Baca:
Deretan 'Kasus' Kunjungan Luar Negeri DPR)
Wakil Ketua Komisi I DPR itu tidak menampik obrolan bersama Trump berkaitan dengan urusan bisnis. Ketika itu Ketua DPR Setya Novanto membuka peluang bagi Trump untuk menanamkan investasinya di Indonesia. (Baca:
Mahkamah Dewan Siapkan Tiga Sanksi Bagi Setya dan Fadli Zon)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam 30 menit itu Ketua DPR mengapresiasi berbagai investasi yang sudah ditanam yang sangat bermanfaat dalam kondisi ekonomi kita saat ini. Dan dia berharap bahwa akan ada investasi-investasi baru lagi dari Trump Corporation di Indonesia," ujar Tantowi di Gedung DPR, Selasa (8/9).
Menurut Tantowi pertemuan itu terwujud atas undangan dari Trump. Namun dia tak ingin berdebat lebih jauh apakah undangan ditujukan dalam kapasitas anggota dewan atau pribadi.
"Saya ini kalau kemana-mana ya melekat (status) anggota DPR. Yang namanya jabatan itu melekat. Saya sudah tidak bisa memilah-milah apakah sebagai kapasitas pribadi atau dalam kapasitas Ketua DPR, itu tergantung dia," tutur Tantowi.
Pertemuan itu berlangsung cair. Tantowi bahkan menyatakan Trump senang dikunjungi ketua DPR beserta rombongan anggota dewan dari Indonesia. Saking senangnya, Trump lantas berkata bahwa 10 menit lagi dia harus menggelar konferensi pers di lobi gedung.
"
Why don't you just come around?" ujar Tantowi menirukan ajakan Trump kala itu.
Kala itu rombongan anggota dewan tidak bisa mengelak dari tawaran Trump. Tak ingin terlihat kikuk, rombongan pun mengiyakan.
"Jadi semua asumsi-asumsi ini dibangun tanpa pernah ada yang tahu kejadian utuhnya. Kalau saya kan saksi sejarah bagaimana proses dia diundang dan bagaimana kikuknya kami pada waktu itu," kata Tantowi.
Posisi rombongan saat itu belum menutup pertemuan yang sebenarnya sudah tuntas. Sebagai orang Timur yang berusaha menjaga etika bertamu, kata Tantowi, rombongan pun ikut dalam konferensi pers dengan niatan menyudahinya setelah semua urusan tuntas.
Pada saat konferensi pers itulah, kata Tantowi, Trump diingatkan seseorang bahwa di belakang dia ada Ketua Parlemen dari Indonesia. Trump pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memanfaatkan kehadiran Setya Novanto di sana. (Baca:
Pengamat: Trump Manfaatkan Setya dan Fadli Gaet Umat Islam)
(obs)