Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya berpandangan, terpilihnya Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar semakin melegitimasi spekulasi bahwa perebutan kursi ketua umum dalam Munaslub di Nusa Dua, Bali, kemarin, hanya sebagai bentuk perpanjangan tangan Aburizal Bakrie atau Ical.
"Itu makin melegitimasi apa yang menjadi spekulasi selama ini bahwa pertarungan kemarin yang dilakukan Novanto sebenarnya hanya perpanjangan tangan dari Aburizal Bakrie," ujar Yunarto kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (17/5).
Idrus Marham sebagai Sekretaris Jenderal, Nurdin Halid Ketua Harian, dan Joppy Kardinal sebagai Bendahara Umum dianggap telah sesuai prediksi. Terlebih Idrus yang menjadi tangan kanan Ical saat menjadi Ketua Umum sebelum munaslub islah Partai Golkar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aroma Ical kental saat ketiga orang itu berada dalam posisi penting partai, terlebih posisi sangat strategis yakni sekjen. Pasalnya, segala aturan dan kebijakan partai ditandatangani oleh ketua umum dan sekjen.
Menurut Yunarto, spekulasi yang berkembang bukan tanpa alasan. Ia menuturkan, publik mengetahui Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan keputusan yang menyebutkan bahwa kepengurusan Munas Bali yang dipimpin oleh Ical sah sampai 2019, namun pria yang berprofesi sebagai pengusaha itu akhirnya tetap memilih menggelar Munaslub untuk menunjukkan kebesaran hatinya.
Selain itu, ujar Yunarto, terdapat hal yang semakin membenarkan spekulasi publik, yakni ketika Setya mendapatkan sokongan penuh dari Ical dan diduga didukung pula oleh Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai sahabat Setya selama ini.
"Semakin melegitimasi spekulasi lagi, ketika Ical terpilih sebagai Ketua Dewan Pembina dengan kemenangan cukup besar. Setya juga menunjuk Idrus Marham sebagai Sekretaris Jenderal," kata Yunarto. "Di sini terlihat peran Ical yang masih sangat kuat, bahkan jangan-jangan dia berpengaruh lebih kuat dibanding Novanto kalau melihat posisinya seperti ini."
Yunarto juga mengaku tidak heran Golkar pada akhirnya 'membelot' dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan merapat ke kekuasaan atau koalisi pemerintah. Ia berpandangan, genetik partai politik adalah kekuasaan dan sifatnya pragmatis, sehingga semua partai tidak akan bisa bertahan lama sebagai oposisi.
"KMP memang pasti akan bubar dengan sendirinya. Kalau partai lain kan karena biasanya pragmatis dan realistis, kalau Golkar enggak cuma pragmatis, tapi genetiknya adalah kekuasaan. Partai ini sengaja dilahirkan untuk melanggengkan Orde Baru. Ini genetik yang susah hilang," tuturnya.
Yunarto lantas mempertanyakan tentang apa yang akan didapatkan Golkar dengan memutuskan bergabung ke dalam koalisi Presiden Jokowi, karena menurutnya saat ini agak sulit untuk meminta 'jatah' kursi di pemerintahan.
"Katakanlah Golkar ingin jatah menteri. Nah, koalisi ini kan sudah gemuk dan jumlah kursi sudah banyak. Kalau begitu, Golkar harus beradaptasi, karena banyak partai lain yang dari jauh sebelumnya sudah berkeringat," katanya.
Fakta bahwa Golkar memiliki posisi strategis dalam koalisi ini, karena kadernya memegang sejumlah jabatan strategis di parleman, mulai dari ketua DPR, ketua beberapa komisi strategis, dan ketua Badan Legislatif DPR.
"Bukan tidak mungkin Golkar dapat jatah di pemerintah, bisa jadi ini momen Jokowi untuk melakukan perombakan kabinet sebagai tanda melegitimasi koalisi baru secara politik," ujarnya.
Tim formatur yang ditunjuk untuk membentuk kepengurusan, di antaranya adalah Roem Kono dari perwakilan ormas pendiri, Ketua DPD I Sumatera Utara, dan Ketua DPD I Kepulauan Riau yang merupakan perwakilan dari wilayah barat.
Perwakilan wilayah timur adalah Ketua DPD I Sulawesi Utara dan Ketua DPD I Maluku Utara, Ketua DPD I Bali, dan Ketua DPD I Jawa Timur, yang merupakan perwakilan dari wilayah tengah.
Ketua Sidang Munaslub Golkar Nurdin Halid mengatakan, tim formatur akan menyusun kepengurusan seluruhnya dalam waktu 15 hari.
Di awal agenda Pra-Munaslub Partai Golkar, Nurdin diwacanakan menjadi ketua harian usai kepengurusan terbentuk. Sementara, Aburizal Bakrie diwacanakan menjadi ketua dewan pembina.
Ketua Komite Pemilihan Rambe Kamarulzaman mengatakan, posisi ketua harian dan dewan pembina, memang masuk dalam opsi kepengurusan pasca terpilihnya ketua umum yang baru.
"Tergantung di formaturnya dan tergantung ketua umum terpilih. Memang di strukturnya ada," kata Rambe di Bali Nusa Dua Convention Center.
(pit/obs)