Politik DKI Memanas, Sinta Nuriyah Minta Tak Bersikap Frontal

Basuki Rahmat | CNN Indonesia
Minggu, 05 Feb 2017 22:12 WIB
Istri almarhum Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid minta masyarakat menahan emosi, terlebih yang menyangkut situasi politik di Jakarta.
Sinta Nuriyah Wahid mengimbau masyarakat agar menahan emosi dan tidak terprovokasi terkait dengan memanasnya situasi jelang pilkada. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Jombang, CNN Indonesia -- Istri almarhum Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid mengingatkan masyarakat agar menahan emosi dan tidak terprovokasi hingga melakukan tindakan atau bersikap frontal, terlebih lagi yang menyangkut situasi konfrontatif politik di Jakarta.

"Jangan sampai kita bersikap frontal. Harus tabayyun (mencari kejelasan) dulu," ujar Sinta saat menghadiri acara Imlek 2568 dengan puluhan umat beragama di rumah pribadinya di Jombang, Jawa Timur, Minggu (5/2), seperti dilansir dari Antara.
Sinta mengatakan warisan pluralisme KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat ini mendapat tantangan luar biasa. Kepentingan politik saat ini begitu menonjolkan kebencian, jauh dari cita-cita luhur pendiri bangsa.

Ia menekankan bahwa setiap perbedaan perlu dihormati dan jangan sampai membuat bangsa ini semakin terpecah belah. Bahkan, sebelum meninggal dunia, Gus Dur mewanti-wanti agar persatuan dan kesatuan bangsa didahulukan.
Sementara itu, Willy Sugianto, sesepuh Tionghoa Jombang, mengatakan peran Gus Dur dalam dinamika etnis Tionghoa Indonesia juga sangat besar. Pada zaman Gus Dur, sapaan akrab mantan Presiden ke-4 RI itu, banyak regulasi diputuskan, salah satunya terkait dengan diskriminasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada era Presiden Abdurrahman Wahid berbagai regulasi diskriminatif dicabut. Belenggunya dibuka. Tionghoa berhutang banyak pada Gus Dur," ujar pria yang juga berprofesi sebagai dosen itu.

Imlek tahun ini, lanjut dia, dilaksanakan dalam suasana Indonesia yang penuh dengan intrik politik yang berpotensi memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa. Ia berharap, hal itu tidak memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Suster Margaretha dari pemeluk Katolik Jombang menambahkan jasa Gus Dur bagi demokrasi Indonesia juga sangat besar. Bahkan, kelompok yang selama ini tertindas mendapat pembelaan dari Gus Dur. Dia berharap peristiwa kelam masa lalu tersebut tidak lagi terjadi.

"Saya punya banyak teman dengan pengalaman buruk selama Orde Baru, maupun Peristiwa 1965," kata suster senior ini.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER