Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah Oesman Sapta Odang atau Oso menyatakan kericuhan dalam Sidang Paripurna DPD yang dipimpinnya hari ini, Selasa (11/4), adalah akibat dari tindakan premanisme sejumlah orang.
"Itu bukan tragedi. Itu kepremanan. Teriak-teriak kayak anak kecil," ujar Oso usai Sidang Paripurna yang kembali dilanjutkan pasca skorsing (11/4) akibat kericuhan.
Kericuhan itu terjadi ketika Ketua DPD Oso memimpin sidang paripurna ke-10 masa sidang IV tahun sidang 2016-2017. Beberapa anggota DPD pendukung GKR Hemas dan Farouk Muhammad atau yang tidak mengakui kepemimpinan Oso, keluar dari ruang sidang.
Oso lalu membuka kembali sidang paripurna tanpa kehadiran GKR Hemas, Farouk Muhammad dan beberapa senator lain yang tidak mengakui kepemimpinannya.Meski demikian, Oso membantah kericuhan terjadi karena dualisme kepemimpinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berkukuh dirinya sebagai Ketua DPD yang sah bersama Nono Sampono dan Darmayanti Lubis selaku wakil ketua.
"Enggak ada dualisme. Enggak ada. Yang ada hanya satu. DPD itu hanya satu," kata Oso.
Bagi sejumlah anggota DPD, kepemimpinan Oso memang masih dipersoalkan. Terbukti, di luar sidang paripurna, ada beberapa senator yang menyerahkan laporan kegiatannya di daerah kepada pimpinan DPD yang lama yakni Farouk Muhammad dan GKR Hemas.
Oso menganggap semua laporan itu palsu dan tidak sah karena serah terima dilakukan di luar Sidang Paripurna.
"Itu semua laporan palsu, yang diluar persidangan (paripurna) itu tidak memenuhi. Itu kongkow kongkow yang di luar," kata Oso.
Oso lalu memberi saran kepada kelompok GKR Hemas dan Farouk Muhammad beserta pendukungnya agar sadar akan posisinya sebagai wakil rakyat. Dengan begitu, kata dia, DPD akan kembali utuh seperti sediakala.
"Dia harus kembali ke hati nuraninya. Harus kembali ke kesadarannya menjadi negarawan," tutur Oso.