Jakarta, CNN Indonesia --
Sekelompok ilmuwan di Amerika Serikat untuk menemukan cara mengirim pesan sejauh ribuan mil antara Perancis dan India melalui otak manusia tanpa menggunakan panca indera, seperti "telepati".
Penelitian ini dilakukan oleh para ahli di Universitas Harvard dan menunjukan bahwa teknologi dapat digunakan untuk mengirim informasi melalui jaringan saraf otak.
“Ini adalah teknologi yang menyerupai telepati. Bukan hal yang ajaib,” kata Giulio Ruffini, ahli fisika dan penulis teori penelitian ini, seperti dikutip dari AFP. “Kami menggunakan teknologi elektromagnetik untuk berinteraksi dengan otak.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai percobaan, orang yang ingin berinteraksi diharuskan mengenakan sebuah alat yang terintegrasi jaringan internet nirkabel dan mengandung
electroencephalogram. Kemudian, orang tersebut berpikir untuk mengucap sesuatu yang sederhana, seperti “Halo” atau “Apa kabar”.
Sebuah komputer akan menerjemahkan kata-kata ke dalam kode biner digital, disajikan oleh serangkaian angka 1 dan 0.
Kode biner ini dikirim melalui email dengan akses internet yang nantinya diterima melalui sebuah alat serupa. Alat ini kemudian menerjemahkan kode biner yang membuat pengguna seakan melihat kilatan cahaya di tepi penglihatannya dari stimulasi otak non-invasif.
Pesan ini tidak diterima dengan mendengar atau melihat kata-kata, tapi ada langkah khusus yang membuat pengguna mampu menafsirkan pesan yang dimaksud.
“Kami ingin mengetahui apakah seseorang dapat berkomunikasi secara langsung dengan membaca aktivitas otak dari satu orang dan menyuntikkan aktivitas otak ke orang kedua, dan melakukannya melintasi jarak fisik yang besar dengan memanfaatkan jalur komunikasi yang ada,” kata Alvaro Pascual-Leone, profesor neurologi di Harvard Medical School.
Ruffini menambahkan bahwa percobaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada informasi sensorik yang dapat memengaruhi penafsiran pesan.
Para peneliti telah mencoba untuk mengirim pesan dari orang ke orang dengan cara ini selama satu dekade, dan hasil laporan dari penelitian ini dinyatakan masih belum sempurna oleh Ruffini.
“Kami harap dalam jangka panjang ini akan ada cara radikal yang mengubah lain cara kita dalam berkomunikasi satu sama lain,” kata Ruffini.