Jakarta, CNN Indonesia -- CEO Twitter Dick Costolo dan karyawannya mengaku telah menerima ancaman pembunuhan dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) karena perusahaan secara aktif menutup akun milik kelompok militan itu. ISIS memanfaatkan Twitter untuk menyebarkan pesan.
"Setelah kami mulai menangguhkan akun mereka, beberapa orang yang berafiliasi dengan organisasi itu menggunakan Twitter untuk menyatakan bahwa karyawan Twitter dan manajemen harus dibunuh," ujar Costolo dalam sebuah konferensi di Amerika Serikat, Jumat (10/10).
Menurut Costolo, ISIS menggunakan Twitter secara efektif. Ia menggarisbawahi manfaat besar Twitter yang dilakukan untuk tujuan positif, tetapi ada pula kelompok yang mencoba menggunakannya untuk tujuan jahat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan demikian disebut Costolo telah melanggar syarat penggunaan Twitter dan melawan hukum di berbagai negara tempat Twitter beroperasi karena mempromosikan terorisme.
"Ketika mereka melakukan itu, kami mencari akun tersebut dan menutupnya. Kami menutup mereka secara aktif," lanjut Costolo.
Selain Twitter, kelompok ISIS juga memanfaatkan layanan berbagi video YouTube untuk menyebar pesan. Sejumlah video eksekusi terhadap sandera disebar lewat YouTube.
Twitter sejatinya mendukung kebebasan berpendapat. Costolo mengakui keputusan yang mereka lakukan kepada ISIS banyak disebut menghalangi kebebasan berpendapat dan tak jarang mengundang perdebatan.
Pada April lalu, Twitter dilarang beroperasi di Turki karena dimanfaatkan oleh warga yang menyerukan kasus korupsi pemerintah setempat. Dua pekan kemudian, larangan itu dicabut atas perintah pengadilan konstitusi Turki yang mangatakan hal itu merupakan pelanggaran terhadap kebebasan berpendapat dan hak individu.