Jakarta, CNN Indonesia -- Samsung mengumumkan bakal menghentikan bisnis diode pancaran cahaya atau
light emitting diode (LED) yang berada di luar Korea Selatan, Senin (27/10). Langkah ini membuat Samsung mengubah arah bisnis LED yang pada 2010 lalu diprediksi tumbuh cepat.
Kala itu, Samsung percaya binsis LED akan tumbuh menghasilkan 50 triliun won atau sekitar US$ 47,5 miliar pada tahun 2020. Sayangnya, prediksi itu telah direvisi dalam jangka pendek lantaran perang harga yang ketat dan munculnya pesaing dari Tiongkok.
Samsung mengatakan bahwa sementara ini bisnis LED hanya akan dioperasikan di Korea Selatan, perusahaan akan tetap bermain di industri ini dengan menawarkan komponen LED di produk konsumen, seperti televisi, lampu, senter, sampai lampu kendaraan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan tetap aktif di industri LED melalui bisnis komponen LED kami," kata seorang juru bicara Samsung.
Menurut laporan
Reuters, perang harga komponen LED telah memangkas keuntungan para produsen walaupun permintaan LED begitu besar hingga menyingkirkan industri lampu pijar.
"Tampaknya Samsung memutuskan untuk meminimalkan bisnis karena persaingan harga sangat sengit dan tidak ada banyak ruang untuk pertumbuhan ke depan," kata analis Lee Min-hee dari IM yang berbasis di Seoul, Korea Selatan.
Beberapa laporan media melaporkan Samsung kemungkinan tertarik dengan bisnis tenaga matahari. Seorang juru bicara Samsung berkata pihaknya akan terus melakukan penelitian dan pengembangan di sektor ini.
Kesulitan dalam bisnis pencahayaan LED juga alami oleh Osram Light asal Jerman, yang pada Juli lalu berencana melakukan pemutusan hubungan kerja hampir 8.000 karyawan.
Berbeda dengan Samsung dan Osram, perusahaan Philips asal Belanda justru melepas (spin-off) bisnis pencahayaan LED untuk memperluas layanan kesehatan dan optimis mendapatkan margin keuntungan lebih tinggi.