California, CNN Indonesia -- Miliarder Richard Branson mengatakan pada Sabtu (1/10) bahwa ia bertekad untuk mencari tahu apa yang menyebabkan pesawat ruang angkasa yang sedang dikembangkan oleh perusahaan pariwisata ruang angkasanya mengalami kecelakaan hingga mencelakai satu awak dan menewaskan satu pilot saat uji coba terbang di California.
Branson tiba di Gurun Mojave, California, dan bertemu tim Virgin Galactic serta pejabat pemerintah untuk membuka penyelidikan kecelakaan yang terjadi pada Jumat (31/10).
Kecelakaan Virgin merupakan kecelakaan perusahaan pesawat ruang angkasa komersial yang kedua terjadi dalam waktu kurang dari seminggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SpaceShipTwo Virgin Galactic jatuh saat melakukan penerbangan uji coba dan menyisakan hamburan puing-puing di atas Gurun Mojave, yang berjarak 150 km di utara Los Angeles.
"Kami berutang kepada pilot yang telah meninggal untuk mencari tahu apa penyebab kesalahan. Jika kita bisa mengatasinya, berarti mimpi kita bisa terwujud," kata Branson dalam konferensi pers di Mojave.
Pilot pesawat Virgin yang meninggal telah teridentifikasi bernama Michael Alsbury (39) menurut laporan Los Angeles Times yang mengutip kantor penyidik, Kern County. Hingga berita ini ditulis, kantor penyidik tidak bisa dihubungi untuk mengkonfirmasi laporan itu.
Alsbury adalah seorang insinyur proyek dan uji coba di Scaled Composites, sebuah anak perusahaan Northrop Grumman Corp yang membangun dan merancang pesawat ruang angkasa untuk Virgin Galactic.
Ia telah sembilan kali menerbangkan pesawat SpaceShipTwo, termasuk bertugas sebagai co-pilot pada uji terbang roket bertenaga kendaraan pertama pada tanggal 29 April 2013, menurut biografinya yang dimuat di situs perusahaan.
Satu pilot yang terluka akibat terjun dari pesawat, masih dirawat di rumah sakit karena terluka parah, kata para pejabat.
Sebuah tim peneliti dari National Transportation Safety Board (NTSB) tiba di lokasi kecelakaan pada hari Sabtu untuk mulai penyelidikan bersama mengenai penyebab kecelakaan.
"Ini adalah uji terbang dan data tes penerbangan biasanya didokumentasikan dengan baik," kata Christopher Hart, Ketua NTSB. "Kami mungkin memiliki banyak data yang akan membantu proses investigasi," ujar Hart.
Kecelakaan uji coba pesawat ruang angkasa yang kedua ini merupakan pukulan bagi industri luar angkasa komersial yang terlalu dini berurusan dengan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah.
Pada hari Selasa (28/10), sebuah roket Antares yang dirancang dan diluncurkan oleh Orbital Sciences Corp meledak setelah lepas landas dari Wallops Island, Virginia, sehingga menghancurkan sebuah pesawat kargo yang berangkat menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Bahan bakar jenis baruPenyelidikan kecelakaan pesawat Virgin kemungkinan akan fokus pada mesin SpaceShipTwo, yang pada Jumat terbang dengan jenis bahan bakar baru untuk pertama kalinya, kata para ahli.
Bahan bakar baru tersebut berupa gas nitrous oxide yang di dorong oleh motor roket berupa plastik padat.
Virgin Galactic memang mengumumkan pada Mei bahwa mereka menggantikan motor roket berbahan karet yang digunakan selama tiga uji penerbangan sebelumnya agar pesawat ruang angkasa mendapatkan kinerja yang lebih baik.
"Kami telah menguji kedua jenis bahan bakar ini," kata kepala eksekutif Virgin Galactic George Whitesides kepada Reuters pada saat itu.
Sebelum penerbangan hari Jumat, uji terbang SpaceShipTwo dilakukan pada bulan Januari, meskipun roket dan motor roket baru melewati beberapa tes dasar.
Virgin Galactic adalah cabang US Virgin Group yang berbasis di London dan didirikan oleh Branson, salah satu pengusaha paling terkenal di dunia yang memiliki kerajaan bisnis mulai dari maskapai hingga toko-toko musik.
Kecelakaan pada Jumat menandai kecelakaan keempat selama pengembangan SpaceShipTwo Scaled ini. Pada tahun 2007, sebuah tangki bahan bakar meledak dan menewaskan tiga karyawan Scaled.
"Sementara tidak ada misi NASA, rasa sakit atas tragedi ini akan dirasakan oleh semua pria dan wanita yang telah mengabdikan hidup mereka untuk sebuah eksplorasi," kata NASA, badan antariksa AS, dalam sebuah pernyataan.