Bertemu Putri Cantik Pelindung Benteng Google

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Senin, 16 Mar 2015 09:07 WIB
Putri yang satu ini memiliki paras cantik. Tapi di balik kecantikannya, tersimpan banyak 'senjata' untuk melindungi benteng kerajaan Google.
Parisa Tabriz (dok.Google)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam cerita-cerita dongeng yang biasa diceritakan sebelum tidur, biasanya sang putri yang perlu mendapatkan perlindungan. Namun, di markas Google, yang berlokasi Sillicon Valley, sang putri justru yang menjadi ksatria pelindung benteng.

Namanya Parisa Tabriz, wanita cantik ini baru berusia 31 tahun. Di Benteng Google dia mempunyai jabatan yang mungkin paling keren di antara jabatan lain di raksasa mesin pencari itu, yakni 'Google Security Princess'.

Lalu apa tugas sang putri ini? Seperti disebutkan di atas dia bertugas untuk melindung Google, khususnya peramban Chrome, dari serangan kelompok peretas jahat. Apalagi, Google Chrome yang sudah digunakan satu miliar orang lebih setiap harinya tentu ada segelintir kelompok 'hitam' di dalamnya. BACA: Tak Cuma Cantik, Mereka Inspirasi di Industri Teknologi

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang seperti film Wizard of Oz, peretas pun dikelompokan menjadi dua jenis, penyihir 'hitam' dan 'penyihir 'putih'. Dan untuk mengalahkan penyerang Google itu, hacker putih seperti Tabriz harus terlebih dahulu berpikir seperti mereka.

"Ketika saya memulai pekerjaan ini, jabatan resmi saya adalah 'Insinyur Keamanan Informasi'. Saya pikir itu agak membosankan dan tidak benar-benar berarti. Jadi, saya menggantinya dengan 'Google Security Princess," jelasnya, dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Tabriz mengaku tak seperti putri kerajaan yang diidentikkan dengan gaya sangat feminim. Dia mengaku jauh dari sterotip itu semua.

Peran Tabriz berkembang seiring waktu dalam delapan tahun terakhir, sejak ia pertama kali bekerja di Google. Saat itu dia adalah lulusan termuda dari  Illinois University. Di tahun kelulusannya, dia adalah salah satu dari 50 insinyur keamanan pertama di dunia, saat ini jumlahnya sudah mencapai 500.

Wanita keturunan Iran ini, menjelaskan bahwa pengguna Chrome berasal dari berbagi kalangan, mulai dari presiden, politikus, jurnalis hingga warga awam.

"Dan mereka mempercayakan datanya kepada kami. Jika kami tidak bisa melindunginya, kami tidak memiliki bisnis yang bagus," ujarnya.

Kejahatan yang Paling Ditakuti

Kejahatan siber telah datang dalam satu dekade terakhir, beragam bentuknya mulai dari pencurian kartu kredit dan aksi mata-mata yang dilakukan oleh pemeritah.

Namun kekhawatiran terbesar Tabriz adalah para penjahat tersebut mampu menemukan bug dalam perangkat lunak Google dan menjual informasi yang berharga tersebut kepada pemerintah atau penjahat.

Cara lain coba dilakukan oleh wanita ini, salah satunya dengan mengajak orang di luar Google untuk berkontribusi. Perusahaan tersebut bahkan mengiming-imingi hadiah US$ 100 sampai US$ 20 ribu yang berhasil menemukan 'lubang' di Google.

"Apa yang kami lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah kecurigaan terhadap pemerintah yang melakukan penyadapan komunikasi. Ada satu kasus di Iran, pengguna Gmail disadap." katanya.

"Insiden ini sangat menakutkan karena tampaknya ada organisasi besar yang didanai oleh pemerintah."

Pribadi Sang Putri

Tabriz lahir di Chicago dan justru sejak kecil tak dekat dengan dunia komputer. Ayahnya adalah seorang dokter keturunan Amerika Serikat-Iran, sementara ibunya merupakan seorang perawat kelahiran Polandia. Wanita ini tak memiliki ketertarikan dengan komputer, sampai ia memulai belajar ilmu tersebut di perguruan tinggi.

Menatap daftar dari staf keamanan Google, menemukan wanita seperti Tabriz akan sedikit dan jauh lebih banyak ketimbang pria. Dia mengakui ketidakseimbangan gender ini.
Parisa Tabriz (Dok.Google)

"Jelas angka itu akan membuat Anda berpikir 'apa masalahnya bahwa tidak ada lebih banyak perempuan bekerja dalam keamanan, bahwa tidak ada lebih banyak perempuan yang bekerja di bidang teknologi?" dia mengatakan.

"Dan itu membuat saya berpikir apa masalahnya di sini? Apakah itu budaya atau atmosfer?" tandasnya, sambil berharap akan lebih banyak lagi wanita di bidang ini. (tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER