Jakarta, CNN Indonesia --
Seorang aktivis Internet yang memakai nama XRSone, bukan nama sebenarnya, merilis lebih dari 26 ribu akun Twitter yang diduga terkait dengan kelompok ISIS. XRSone juga merilis kapan akun dibuat, berapa banyak follower-nya, berapa akun yang di-follow, kapan aktivitas terakhir, bahasa cuitannya, dan informasi lain, misalnya apakah akun itu sudah diblokir atau dihapus.
Tapi metoda yang dipakainya dipertanyakan. Soalnya, sejumlah akun yang sebetulnya tak ada hubungannya dengan kelompok itu juga termasuk dalam daftar.
Meski begitu, kepada CNN Money, XRSone mengatakan tujuannya merilis data akun Twitter itu adalah untuk menunjukkan bagaimana potensi bahaya propaganda yang ada di Twitter. Dan betapa mudah propaganda itu ditemukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
XRSone mengatakan data dikumpulkan dari Twitter melalui informasi yang disediakan perusahaan sosial media itu secara terbuka kepada publik. Kalau seorang
coder seperti dirinya saja bisa menemukan akun-akun itu, seharusnya, kata dia lagi, Twitter juga bisa melakukannya. “Twitter harusnya lebih waspada,” tutur dia.
Sebaliknya, Twitter sendiri mengatakan sudah melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mencegah munculnya akun yang melanggar aturan. “Kami memeriksa semua laporan mengenai konten yang melanggar aturan kami, yang melanggar hukum, dan mengancam terjadinya kekerasan satu sama lain,” kata seorang juru bicara Twitter kepada CNN Money melalui email.
Sementara itu, metode pengumpulan data yang dilakukan XRSone sendiri, berdasarkan penelusuran CNN Money, berpotensi juga mencantumkan akun-akun yang sebetulnya tak ada hubungannya dengan ISIS.
CNN Money mencoba melakukan
sampling terhadap lusinan akun yang ada di database itu dan mendapati hasil yang campur aduk. Sebagai contoh, akun yang termasuk dalam daftar itu adalah akun media seperti Al Jazeera dan Sky News. Begitu pun akun dari sejumlah jurnalis dan aktivis yang berkutat di berita
mainstream.Data itu juga banyak merangkum akun yang sudah ‘mati’. Sebanyak 61 persen akun ternyata tak bisa diakses lagi.
XRSone sendiri berkilah, daftar itu memang tak 100 persen benar karena dia tak bisa menganalisa data itu sendirian. “Saya harap publik mengerti bahwa
tool ini diciptakan untuk menunjukkan apa yang mungkin,” katanya. “Saya berharap ketika ada
tool lain yang diintegrasikan, daftar itu akan lebih akurat.”
Reputasi Twitter dalam SorotanTwitter sendiri menghadapi kritikan soal banyaknya akun yang melanggar ketentuan. CEO Twitter Dick Costolo sampai mengirimkan memo kepada karyawannya pada Februari lalu, yang menyatakan betapa malunya dia melihat reputasi tersebut.
Menurut CNN Money, Twitter bisa memperbaiki ‘kerusakan’ itu dengan memperbaiki
tool reporting-nya. Saat ini untuk melaporkan sebuah akun, pengguna mesti menjawab sejumlah pertanyaan. Twitter juga mempersulit pelapor menemukan definisi kategori
‘abuse’. Tiap isu dijelaskan dalam halaman
web terpisah, sehingga membuat pengguna kerepotan.
XRSone berpendapat, proses itu bisa disederhanakan. Akun bermasalah bisa dilaporkan dengan cepat, dan dengan cepat pula ditutup. Meski begitu, upaya semacam ini pun belum bisa menjawab persoalan besar lainnya. Apakah itu?
Banyak akun Twitter yang bertalian dengan ISIS memiliki jaringan
follower, yaitu kelompok pengguna yang saling
follow atau disebut 'Akun-akun kawanan'. Ketika satu akun di jaringan itu ditutup, yang lain tetap aktif dan
follower mereka tetap ada.
XRSone mengatakan dengan trik seperti itu, makin mudah akun untuk multiplikasi dan berganti, dan makin sulit bagi Twitter atau siapapun untuk mengatasinya.
(ded/ded)