Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang tak ingin ketinggalan dalam hal penjelajahan antariksa. Badan antariksa Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) mengumumkan akan menerbangkan pesawat nirawak dan menempatkan kendaraan robotika di permukaan Bulan pada 2018 mendatang.
Rencana ini diungkap JAXA pekan lalu kepada panel ahli yang mewakili institusi pemerintah di bidang pendidikan, kebudayaan, sains, dan teknologi.
"Ini adalah langkah awal dan banyak prosedur yang masih harus diurus sebelum rencana ini secara formal disetujui," ujar juru bicara JAXA, Chihito Onda seperti dikutip dari
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Pesawat Antariksa Tiongkok Ungkap Lapis Permukaan BulanJika betul disetujui, JAXA kabarnya akan menggunakan teknologi roket berbahan bakar padat, Epsilon, untuk mengantarkan kendaraan robotika nirawak bernama SLIM ke bulan. SLIM memiliki kepanjangan Smart Lander for Investigating Moon.
Menurut penuturan Onda, SLIM akan menggunakan sistem peranti lunak pengenal wajah yang bakal dimanfaatkan untuk mengenali kawah atau lubang di permukaan bulan.
Onda kepada kantor berita
CNN mengkonfirmasi perkiraaan biaya yang akan digelontorkan adalah sekitar US$ 83,4 juta sampai US$ 125 juta, atau sekitar Rp 1,08 triliun hingga Rp 1,6 triliun.
Misi yang akan dilaksanakan tahun 2018 mendatang ini dharapkan bisa digunakan untuk teknologi pendaratan halus yang nantinya bisa berguna bagi ekspedisi masa depan seperti pengiriman manusia ke bulan dan Mars.
Misi SLIM ini disebut-sebut sebagai bentuk nyata dari Jepang untuk mengejar ketinggalan penjelajahan yang sudah dilakukan oleh negara Asia lain lain, seperti Tiongkok dan India.
Pesawat robotika Yutu dari negeri Tiongkok berhasil mengeksplorasi permukaan bulan sejak Desember 2013 lalu. Yutu mengungkapkan bahwa bulan memiliki sembilan lapisan batu yang berbeda di permukaannya. Hal ini mengindikasikan area itu secara geologis telah aktif selama 3,3 miliar tahun.
Tak hanya batuan basal namun juga ada batuan awan panas yang terbentuk melalui letusan eksplosif di dataran vulkanik di bulan. Pengecekan yang dilakukan Yutu juga menunjukan bahwa ada lebih banyak aktivitas vulkanik dalam sejarah vulkanisme bulan.
(adt)