Jakarta, CNN Indonesia -- Tujuan awal pesawat terbang tenaga surya, Solar Impulse 2 melintasi Samudera Pasifik dari Tiongkok menuju Hawaii selama lima sampai enam hari tanpa henti tertunda. Pesawat tersebut terpaksa
mendarat darurat di Nagoya, Jepang karena cuaca buruk.
Pendaratan darurat di Jepang tersebut tentu bukan suatu hal yang dapat diduga. Namun, sebelumnya pihak pengelola misi penerbangan Solar Impulse 2 ternyata sudah memperhitungkan Jepang sebagai lokasi pendaratan apabila terjadi masalah teknis pada pesawat. Sang pilot, Andre Borschberg sempat berkilah.
"Saat kami lepas landas meninggalkan Tiongkok, kami akan berhadapan dengan laut terbuka. Tak ada jalan untuk kembali lagi," ujar Borschberg seperti dikutip situs The Guardian. Sebelum lepas landas, ia percaya diri bahwa tak akan ada gangguan pada pesawat saat melintasi lautan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Borschberg juga sempat mengungkapkan keyakinannya terhadap teknologi Solar Impulse 2 yang dinilainya sudah memadai itu.
"Kami sudah merancang pesawat ini begitu lama. Melintasi lautan bukan suatu risiko. Dari skenario terburuk yang mungkin terjadi, kami punya parasut, rakit keselamatan, dan kami tahu cara menggunakannya. Di samping itu semua, kami berharap tidak akan sampai betul-betul memakainya," ucap Borschberg lagi.
Sayangnya, rasa percaya diri Borschberg seakan dikalahkan oleh cuaca buruk dalam sekejap. Solar Impulse 2 yang seharusnya terbang tanpa henti ke Hawaii kini harus berdiam sementara di Jepang dalam waktu yang belum ditentukan.
Solar Impulse 2 lepas landas dari Nanjing, Tiongkok pada Minggu (31/5) pukul 2.40 dini hari waktu setempat. Menurut BBC, pesawat itu sudah menempuh perjalanan selama 36 jam sebelum akhirnya mendarat di Nagoya.
Proses penelitian, desain, dan konstruksi Solar Impulse 2 memakan waktu 12 tahun. Pesawat ini mendapat energi dari 17 ribu sel surya yang dipasangkan di bodi pesawat, sayap, dan ekor. Walau mengandalkan tenaga surya, Solar Impulse tetap bisa terbang pada malam hari berkat daya yang tersimpan di dalam baterai seberat 633 kilogram.
Solar Impulse 2 lepas landas perdana dari Abu Dhabi pada 9 Maret lalu dan sukses terbang menuju Oman, India, dan Myanmar. Tiongkok adalah negara tujuan keempat setelah Myanmar.
Sesuai rencana awal, Solar Impulse 2 seharusnya menjelajah menuju Hawaii dari Tiongkok, kemudian melanjutkan penerbangan ke Phoenix, Amerika Serikat. Berikutnya Amerika Serikat bagian tengah yang masih tentatif lokasinya, New York, Eropa Selatan atau Afrika Utara, lalu ia akan kembali mendarat di Abu Dhabi.
(tyo/tyo)