Jakarta, CNN Indonesia -- Layanan taksi Uber disorot di sana-sini, tak terkecuali di Indonesia, di mana perusahaan itu bekerjasama dengan perusahaan rental mobil. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara rupanya punya pendapat sendiri mengenai hal itu.
Ditemui di tengah acara Simposium Nasional Cyber Security 2015, Kamis (4/6) di Jakarta, Rudiantara mengatakan Uber adalah bagian dari trend Internet of Things yang mengubah lansekap perdagangan negara.
Meski begitu, menurut Rudiantara, kedaulatan negara harus dipertahankan. Menurut dia, Uber bisa ‘diperangi’ dengan cara kreatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perusahaan besar seperti Rakuten dan Softbank betul-betul tertarik masuk ke sini, tapi mereka masih memantau sisi regulasi," ucapnya.
Chief RA, begitu ia akrab dipanggil, mengatakan Indonesia mungkin bisa meniru Singapura, yang memiliki fasilitas transportasi publik seperti Beeline yang akan mengangkut penumpang ke tempat tujuan sesuai rute yang diinginkan.
Rupanya, Beeline, layanan berupa mobil besar itu, diluncurkan untuk mengurangi pengaruh taksi Uber yang tanpa batas.
"Cobalah Indonesia bikin seperti Beeline. Saya ingin ajak warga yang rumahnya di Depok, Bogor, Bekasi supaya jangan pakai mobil pribadi yang dikendarai oleh satu orang saja,” kata Rudiantara.
"Saya ingin kita bikin aplikasi lokal yang bisa mengangkut banyak warga dalam satu transportasi besar seperti mobil. Ya semacam omprengan yang bisa 'ditebengi’,” kata dia lagi.
Chief RA yakin, upaya itu secara tidak langsung adalah bentuk penyelamatan kepentingan masyarakat lokal.
Dia mengambil contoh aplikasi Go-Jek, yang menurutnya adalah contoh baik yang timbul dari inisiatif masyarakat sendiri. Go-Jek adalah aplikasi untuk layanan ojek sepeda motor di Jakarta.
"Bagus itu Go-Jek. Kita memang harus ciptakan produk lokal yang mementingkan kepentingan lokal juga," katanya.
(ded/ded)