Curhat Pilot Pesawat Tenaga Surya Mengarungi Pasifik

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jul 2015 04:33 WIB
Mengarungi Samudera Pasifik dengan pesawat tenaga surya bukan perkara mudah. Banyak cerita seru dalam perjalanan tersebut.
Pesawat Solar Impulse 2 akhirnya bisa kembali terbang setelah sebulan terperangkap di Jepang (Reuters/Pierre Albouy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan yang harus ditempuh pilot asal Swiss, Andre Borschberg mengendarai pesawat tenaga surya Solar Impulse 2 dari Jepang menuju Hawaii merupakan tantangan besar. Sebab, ia harus melintasi Samudera Pasifik.

Ekspedisi tanpa henti selama lima hari lima malam oleh Borschberg ini kemudian diberi julukan "Earhart Leg", karena jalur yang ia lalui sama seperti pilot wanita legendaris Amelia Earhart yang hilang pada 1937.

Borschberg lepas landas dari Nagoya, Jepang pada Minggu (29/6) pukul 18.03 waktu setempat dan diperkirakan akan tiba di Honolulu, Hawaii hari Jumat atau Sabtu besok setelah berhasil menempuh jarak 8.000 kilometer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama masa penerbangannya, National Geographic melakukan obrolan dengan Borschberg melalui jalur satelit. Di dalam ruang kokpit yang luasnya hanya 3,83 meter kubik, Borschberg curhat beberapa hal.

"Sangat sulit untuk tidur. Waktu maksimal tidur itu 20 menit. Normalnya Anda akan menyemangati diri Anda sendiri agar tidak mengantuk selama menyetir pesawat, namun kali ini berbeda. Butuh pelatihan dan kekuatan mental agar yakin kendaraan ini akan berjalan baik ketika saya sedang tidur," ucap Borschberg. "Teknik nafas dari meditasi dan yoga cukup membantu."

Selain mengaku jam tidurnya tidak teratur dan menggunakan teknik dari yoga, lelaki berusia 60 tahun ini beruntung masih bisa mendengarkan alunan musik. Ia mengatakan, ia menyukai musik klasik yang santai.

Solar Impulse 2

"Saya juga suka musik era 1960an dan 1970an, bisa membuat saya teringat masa lalu yang menyenangkan. Juga musik India untuk membantu proses meditasi. Ya tergantung situasi saja," lanjut Borschberg.

Berbicara soal teknis, Solar Impulse 2 adalah pesawat tenaga surya. Ia bisa beroperasi menggunakan energi Matahari. Borschberg mengatakan, masih harus merencanakan rute penerbangan, karena semua hal adalah menyoal energi dan pesawat dioptimalkan untuk menghemat energi.

Seiring Matahari mengisi daya baterainya, Solar Impulse 2 menaikan ketinggian sebanyak 9.000 meter. Setiap hari Borschberg akan merasakan ketinggian 28 ribu kaki dan perubahan suhu sekitar 55 derajat Celsius.

Saat malam hari, mesin pesawat dimatikan dan ketinggian penerbangan akan dikurangi hingga 1.000 meter.

Saat daya baterai tersisa lima sampai 10 persen, Solar Impulse 2 harus menemukan langit bebas awan untuk mengisi ulang daya baterai keesokan paginya.

Bobot Solar Impulse 2 hanya 2.300 kilogram, seberat mobil keluarga pada umunya. Ini membuatnya membutuhkan kondisi cuaca yang sempurna, termasuk kecepatan angin haluan yang kurang dari 7 kilometer per jam.

Solar Impulse 2 lepas landas dari Abu Dhabi pada 9 Maret lalu dan sukses terbang menuju Oman, India, Myanmar, dan China. Setelah nanti berhasil sambangi Honolulu, Solar Impulse 2 melanjutkan ekspedisinya ke Amerika Serikat, Eropa Selatan atau Afrika Utara, sampai kembali lagi ke Abu Dhabi.

"Kami -- saya dan Solar Impulse 2 -- adalah tim yang bisa dibilang rapuh namun memiliki kekuatan yang cukup untuk bertahan hingga misi ini selesai," tutup Borschberg.

(eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER