Jakarta, CNN Indonesia -- Hacker mencuri informasi yang paling sensitif dari 21 juta orang di Amerika Serikat dan tak seorang pun akan mengatakan siapa yang melakukannya. Ini adalah pencurian terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat.
Dari ruang lingkup pelanggaran data, ini sangat diyakini merupakan yang terbesar dan telah tumbuh secara dramatis sejak beberapa tahun terakhir. Serangan besar pertama terjadi di Kantor Personnel Management (OPM) yang mencuri 4,3 juta data personal.
Setelah itu ada serangan kedua yang mengakibatkan pelanggaran terkait data pribadi sistem perumahan dan membuat lebih dari 19 juta pekerja Federal AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antara data yang dicuri hacker kebanyakan soal keuangan, kesehatan, pekerjaan dan tempat tinggal, serta informasi tentang keluarga dan kenalan mereka.
Banyak anggota parlemen AS mengatakan China berada di balik serangan itu. Tapi Michael Daniel, cybersecurity co-ordinator Presiden Barack Obama, mengatakan pemerintah belum siap untuk mengatakan siapa yang bertanggung jawab.
Namun mereka mengindikasikan serangan ini mirip dengan dua kejadian peretasan sebelumnya yang terjadi di tahun 2014 dan 2015 silam.
"Apa yang dicuri itu adalah harta karun berupa informasi tentang semua orang yang telah bekerja, mencoba untuk bekerja, atau bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat," kata Direktur FBI James Comey .
Pemerintah mengatakan telah meningkatkan upaya keamanan cyber dengan mengusulkan undang-undang baru, mendesak industri swasta untuk berbagi informasi lebih lanjut tentang serangan.
Dalam kejadian kali ini, OPM menjelaskan bahwa hacker berhasil mencuri banyak informasi sensitif seperti nama asli, alamat lengkap, email, nomor asuransi kesehatan hingga data kartu kredit
(tyo/eno)