Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pemberi layanan mobil panggilan Uber dan Ola, menghentikan sementara tarif ramai di ibukota India, New Delhi, setelah pemerintah mengatakan perusahaan tersebut tak diizinkan memberi tarif di atas rata-rata.
Pemerintah New Delhi bahkan mengancam untuk membatalkan izin dan bakal menyita kendaraan jika layanan macam Uber dan Ola masih memberikan tarif
surge atau lebih dikenal dengan harga ramai.
Permintaan atas transportasi taksi belakangan ini meningkat di New Delhi, sejalan dengan upaya pemerintah menekan polusi dan meminimalkan warga memakai kendaraan pribadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tarif
surge biasanya secara otomatis muncul di aplikasi pengguna yang terdeteksi berada di lokasi strategis. Surge biasanya muncul di lokasi yang mengalami permintaan tinggi tetapi jumlah pengemudinya terbatas.
Jika pengguna hendak memesan Uber di lokasi yang terkena surge, maka di aplikasi biasanya hadir angka perkalian, seperti 1,5x, yang berarti tarif sebenarnya (biaya jarak dan waktu tempuh) akan dikalikan 1,5.
Menteri Besar Delhi Arvind Kejriwal menegaskan terhadap perusahaan taksi untuk tidak mengenakan tarif lebih tinggi dari yang ditentukan pemerintah. Ini juga berlaku untuk layanan seperti Uber dan Ola.
"Mengingat ancaman pemerintah Delhi... kami dengan segera menangguhkan sementara surge di Delhi," kata Gagan Bhatia, manajer umum Uber untuk India Utara, seperti dikutip dari Reuters.
Di India, Uber bersaing dengan perusahaan lokal bernama Ola yang didukung oleh investasi dari SOftbank.
(adt)