ANALISIS

Usai Galaxy Note 7 'Mati': Apa yang Harus Dilakukan Samsung?

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2016 11:31 WIB
Diluncurkan sekitar bulan Agustus 2016, hanya dua bulan bagi vendor Korea Selatan ini mengakhiri penjualan dan produksi dari Galaxy Note 7.
Kematian Samsung Galaxy Note 7 (Drew Angerer/Getty Images/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada yang menyangka betapa cepat umur Galaxy Note 7 yang dikembangkan oleh Samsung. Diluncurkan sekitar bulan Agustus 2016, hanya dua bulan bagi vendor Korea Selatan ini mengakhiri penjualan dan produksinya.

Biang keroknya sendiri dimulai pada 24 Agustus 2016 atau sekitar seminggu setelah ponsel pintar ini dijual. Saat itu, konsumen di Amerika Serikat dan Australia  melaporkan adanya ledakan dari penggunaan Galaxy Note 7.

Setelah itu, Samsung menarik Galaxy Note 7 yang sudah telanjur beredar, melakukan pembenahan dan kemudian menjual kembali versi ‘aman’. Sayangnya hal itu tak membuat Galaxy Note 7 selamat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal beberapa analis memprediksi Galaxy Note 7 bakal ‘meledak’ dari sisi penjualan. Walaupun saat itu, Samsung sudah diterpa isu kesulitan bahan baku.

Salah satu kendala utama yakni menampilkan lengkungan pada tepi layar ponsel. Sebenarnya seri Galaxy Note 7 bukanlah perangkat pintar pertama yang didesain dengan lengkungan pada tepi layar.

Analis Nomura CW Chung mengatakan kendala pasokan seharusnya bukan menjadi risiko utama bagi perusahaan sekelas Samsung. Selain dikenal sebagai produsen ponsel, Samsung merupakan produsen untuk elemen-elemen kecil dalam ponsel seperti chipset dan display layar.

"Pasokan bahan baku seharusnya bukan kendala besar bagi Samsung, saya rasa ada hal lain yang disembunyikan perusahaan terkait dengan proses produksi dan penjualan," tulis Nomura, seperti dikutip dari CNN.

Kerugian

Ledakan—secara harfiah— di Galaxy Note 7 tentu saja membuat Samsung merugi. Perusahaan finansial Credit Suisse memprediksi Samsung bisa mengalami kerugian sebesar US$17 miliar atau sekitar Rp221 triliun akibat gagal menjual Galaxy Note 7.

Kerugian tersebut merupakan prediksi Credit Suisse jika Samsung benar-benar berhenti menjual Galaxy Note 7, yang berarti Samsung mengalami hilang penjualan sebanyak 19 juta unit ponsel atau setara uang hampir US$17 miliar yang diharapkan Samsung dari siklus produk Galaxy Note 7 ini.
Ini bukan recall yang membunuh Anda, tapi bagaimana Anda menghadapinyaPatrick Moorhead (Moor Insights & Strategy)


Namun menurut analis dari IDC, kerugian dari penarikan dan menghentikan kembali produksi Samsung Galaxy Note 7 tak akan sebanding bila menyelamatkan ‘muka’ Samsung itu sendiri.

Langkah Samsung tersebut dinilai tepat oleh Reza Haryo, Senior Market Analyst Client Devices IDC Indonesia. Upaya untuk mempertahankan pamor brand yang saat ini sedang naik daun justru lebih penting agar ketenarannya tidak tercemar.

"Perlu dipahami kalau kerugian financial dari penarikan produk di pasar (recall) jauh lebih baik, dibandingkan potensi tercemarnya pamor brand jika lambat merespon situasi ini," ungkap Reza kepada CNNIndonesia.com melalui surat elektronik yang diterima.

Langkah Selanjutnya

Tidak ada dalam sejarah ponsel pintar, sebuah produk diberhentikan setelah ada produk pengganti yang ditawarkan.

Nah, untuk kasus Samsung ini, tentu saja konsumen tak serta merta akan meninggalkan produk atau merek ini begitu saja.

"Konsumen sangat pemaaf," kata analis Patrick Moorhead dari Moor Insights & Strategy, seperti dikutip dari Computerworld.

Dia membandingkan “Setiap produsen mobil besar pernah memiliki cacat mobil yang menewaskan orang, tetapi Anda belum pernah melihat sebuah perusahaan mobil keluar dari bisnis setelah penarikan kembali. Ini bukan recall yang membunuh Anda, tapi bagaimana Anda menghadapinya."

Jadi apa yang harus dilakukan oleh Samsung tak sekedar meminta maaf dan melakukan pemberhentian produksi atas nama kebaikan konsumen. Vendor ini harus melakukan lebih dari itu.
(CNN Indonesia/ Astari Kusumawardhani)
“Samsung harus sangat transparan tentang masalah yang terjadi di Galaxy Note 7 dan berkomunikasi apa itu dan bagaimana mereka [berusaha] untuk memperbaiki itu, "kata Carolina Milanesi, seorang analis di Creative Strategies.

Karena langkah ke depannya sangat penting untuk Samsung agar bisa bersaing dengan produsen lainnya.
 


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER