Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku industri e-commerce mengaku khawatir dengan situasi politik yang timbul dari pemilihan kepala daerah 2017. Kekhawatiran mereka dari situasi politik pilkada melebihi kerisauan terhadap efek pemerintahan Amerika Serikat di bawah Donald Trump.
"Kami
ngga pusing dengan Donald Trump. Sebagai pemain kami lebih pusing dengan Pilkada," kata CEO Bhinneka Hendrik Tio di Gedung Kominfo, Jakarta, Kamis (25/1).
Situasi politik yang disebabkan oleh pilkada, menurut Hendrik, menghambat pertumbuhan penjualan e-commerce belakangan ini. Secara pribadi, ia menilai permintaan dari konsumen terasa stagnan selama periode itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, pria yang merangkap ketua dewan pembina Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) itu menyebut individu dan perusahaan yang ingin berbelanja lewat e-commerce terganggu.
"Hubungannya pasti dong. Kondisinya
ngga sekondusif biasanya. Akibatnya, tingkat orang yang mau belanja menurun," imbuh Hendrik.
Imbas situasi politik di Pilkada itu makin terasa karena sudah memasuki tahun baru, yang seharusnya menurut Hendrik, periode yang tepat untuk berbelanja.
Kendati demikian, ia yakin situasi politik hanya salah satu penyebab lesunya permintaan di e-commerce akhir-akhir ini.
"Yang pasti bukan satu-satunya penyebab," pungkasnya.
Secara terpisah, ketua idEA Aulia Marinto menyebut industri e-commerce Indonesia ditargetkan tumbuh sekitar 30-50 persen di 2017. Angka itu tidak jauh dari pertumbuhan tahun lalu yang jatuh di kisaran itu.
Kekhawatiran ekonomi juga sempat mencuat dari Amerika Serikat di bawah pimpinan Trump dengan kebijakan protektifnya. Namun bagi idEA, ancaman kebijakan Trump itu masih bersifat spekulatif dan tak akan berpengaruh dalam waktu dekat.
(evn)