Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil investigasi terhadap kasus pelecehan seksual di Uber memaksa mereka memecat lebih 20 pegawainya. Pemecatan ini merupakan kelanjutan dari upaya Uber 'bersih-bersih' lingkungan kerjanya.
Lebih dari 20 orang dipecat dari 215 karyawan Uber yang masuk ke dalam penyelidikan eksternal di tubuh perusahaan. Berdasarkan laporan TechCrunch, mereka yang dipecat karena terbukti melakukan pelecehan seksual.
"Aku cukup bersemangat menanti hasilnya... Aku ingin Uber jadi ruang kerja yang lebih baik," ujar Bernard Coleman yang menjabat kepala keberagaman dan inklusi Uber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan ditemukannya 215 terduga pelaku pelecehan, setidaknya ada 215 kasus peleceha yang terjadi. Angka itu begitu banyak sehingga muncul dugaan ada pelecehan seksual secara sistematis di tubuh Uber.
Dari total 215 kasus, 100 karyawan dilepaskan dari tuduhan, 57 masih menjalani penyelidikan, 31 orang masuk ke dalam kelas konsultasi dan pelatihan, serta 7 orang lainnya mendapat peringatan tertulis.
Uber menggandeng firma hukum Perkins Coie LLP asal Amerika Serikat untuk meyelidiki semua pegawainya terkait isu pelecehan dalam segala bentuk. Penyelidikan ini bermula ketika bekas karyawan Uber bernama Susan Fowler menuliskan pengalaman pelecehan seksual yang ia alami selama masa kerja singkatnya di sana.
Susan mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari atasannya. Saat itu sang atasan secara terbuka merayunya agar mau bercinta. Kejadian itu disusul kejadian lainnya sehingga Susan memutuskan keluar dari Uber.
Pengakuan Susan memaksa CEO Uber Travis Kalanick membenahi perusahaan yang ia pimpin. Uber menyewa firma hukum dan sejumlah pakar untuk menyelidiki kasus tersebut secara keseluruhan.
Selain isu pelecehan seksual, Uber juga dituduh membuat kebijakan yang diskriminatif secara gender dan rasial dalam menerima karyawan baru.
Uber tercatat memiliki 36,1 persen karyawan perempuan dan 63,9 persen karyawan pria. Kaum kulit putih mendominasi dengan jumlah sedikit di bawah 50 persen dari total karyawan. Sementara kulit hitam hanya 8,8 persen, hispanik 5,6 persen, dan 4,3 persen ras lainnya.
"Yang kau sadari tiba-tiba adalah kau begitu besar dan sadar bahwa (keberagaman) ini penting," Coleman berdalih.