Jakarta, CNN Indonesia --
Pengumuman Tokopedia mengenai investasi yang dipimpin Alibaba dengan nominal US$1,1 miliar punya satu arti penting: pasar Asia Tenggara begitu gurih bagi raksasa teknologi asal China tersebut.
Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma ini sebelumnya sudah menguasai mayoritas saham Lazada, e-commerce nomor wahid di Indonesia saat ini. Melalui dua tahap investasi, Alibaba menyuntikkan total US$2 miliar ke Lazada. Proses investasi dirampungkan pada Juni lalu.
Dengan menghitung investasi ke kedua perusahaan tadi saja, Alibaba sudah menggelontorkan uang sebanyak US$3,1 miliar atau sekitar Rp41,4 triliun.
Hal yang sama juga dilakukan oleh raksasa teknologi China lainnya yakni Tencent Holdings. Potensi pasar Asia Tenggara menggugah mereka melakukan sejumlah investasi. Dibanding Alibaba, Tencent punya portofolio investasi yang lebih agresif. Crunchbase mencatat Tencent melakukan 185 investasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pasar Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Tencent telah mengucurkan dana ke sejumlah perusahaan teknologi kunci. Salah satunya adalah investasi ke Gojek dengan nominal US$1,2 miliar.
Suntikan dana itu dilaporkan diterima oleh Gojek pada awal Mei lalu. Dengan investasi tersebut, valuasi Gojek melambung ke angka US$3 miliar atau Rp40 triliun. Meski pendanaan ini tercatat di Crunchbase, Gojek tak pernah mengonfirmasi perihal ini.
Gerilya lain Tencent di tanah Asia Tenggara melalui layanan musik Joox. Layanan Joox sendiri cukup gencar dipromosikan di Indonesia. Melalui sejumlah kerja sama dengan operator telekomunikasi lokal, Joox dipakai untuk melawan Spotify di kawasan ini.
Kehadiran Tencent di Asia Tenggara juga bisa dilacak dari investasinya ke Smule. Kendati aplikasi karaoke ini berasal dari Amerika Serikat, Smule mendapat respon positif di Asia Tenggara. Smule memperoleh pendanaan sebesar US$54 juta dari Tencent pada Mei lalu.
Laporan Google mengenai pasar Asia Tenggara memang menunjukkan potensi yang begitu besar. Di kawasan berkembang ini, tercatat ada 260 juta pengguna internet dengan pertambahan 3,8 juta orang tiap bulannya. Diperkirakan ada 480 juta pengguna internet pada 2020 nanti. Jumlah pengguna ini menjadikan Asia Tenggara sebagai pasar internet terbesar ke-4 di dunia.
Sementara itu Google menghitung nilai bisnis internet di kawasan bisa mencapai US$200 triliun pada 2025 atau sekitar Rp2,7 quadriliun dengan kurs saat ini. Industri e-commerce di Indonesia diperkirakan bakal jadi penyumbang terbesar dari berlipatnya nilai bisnis internet di Asia Tenggara.
Google menghitung lebih hampir setengah nilai industri e-commerce Asia Tenggara akan berasal dari Indonesia pada 2025. Saat itu, total nilai bisnis e-commerce Asia Tenggara mencapai US$200 miliar dan diperkirakan US$81 miliar ada di Indonesia. Maka tak heran baik Alibaba dan Tencent berlomba-lomba menggelontorkan uangnya ke perusahaan Indonesia.
"Melalui investasi dan akuisisi yang mereka lakukan, jelas sekali bahwa Alibaba dan Tencent terpikat dengan Asia Tenggara. Sama seperti yang kami lihat, mereka menilai kawasan ini sebagai peluang untuk e-commerce, payment, dan marketplace," ujar Vinne Lauria asal Golden Gate Ventures seperti dikutip dari TechCrunch.