Jakarta, CNN Indonesia -- Chris Wylie sedang bingung. Pengungkap kasus pencurian data dari 50 juta akun Facebook oleh Cambridge Analytica itu mendapati akunnya tak bisa lagi diakses.
Wylie mengaku bukan hanya akun Facebook yang diblokir, namun juga akun Instagram miliknya. Ia dituduh melanggar syarat dan ketentuan Facebook.
"Inilah kekuatan Facebook. Mereka bisa menghapusmu dari internet," ucap Wylie seperti dilaporkan oleh
CNET, Rabu (21/3). Yang tak bisa dipahami oleh Wylie adalah pemblokiran akunnya terjadi ketika kasus pencurian data Facebook sudah diekspos ke publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampak pemblokiran dari Facebook tersebut, pergerakan Wylie di internet jadi terbatas. Salah satu contohnya adalah Wylie tak lagi bisa memakai Tinder, sebab aplikasi kencan itu mewajibkan penggunanya memakai akun Facebook untuk login.
Wylie menganggap Facebook sedang menciptakan kondisi seolah dirinya yang bersalah atas skandal yang terjadi. Padahal orang yang pertama kali menguak kebusukan itu adalah dia sendiri.
"Saya tidak begitu paham apa yang mereka mainkan sekarang. Mereka menjadikanku seperti tersangkanya, seseorang yang berperilaku jahat," imbuh Wylie.
Wylie adalah mantan pegawai dari Cambridge Analytica. Dia menceritakan kecurangan bekas perusahaannya itu ke sejumlah media seperti The New York Times, The Guardian, dan Observer.
Dari kesaksiannya terungkap bahwa Cambridge Analytica, yang menjadi konsultan kampanye Donald Trump, secara ilegal menyimpan data jutaan pengguna Facebook.
Menurut pengakuan Facebook, data itu diperoleh dari Aleksandr Kogan, peneliti asal University of Cambridge, yang pernah diberi akses informasi berisi 270.000 akun pengguna. Setelah mengetahui Kogan membagikan informasi itu ke Cambridge Analytica, Facebook meminta semua data itu dihapus.
Facebook berdalih pembekuan akun Wylie mereka lakukan karena dia tak mau diajak bertanggung jawab atas kegiatan ilegalnya bersama Cambridge Analytica dahulu.
"Siapa pun yang mengaku sudah melanggar ketentuan layanan akan kami hapus. Ini mengerikan. Kami memintanya ikut dalam investigasi, namun sejauh ini ia menolaknya," ujar Andrew Bosworth, salah satu eksekutif Facebook, seperti dikutip
CNET, Selasa (19/3).
(eks)