Jakarta, CNN Indonesia -- Aplikasi pesan instan Telegram kembali bikin gerah Rusia. Keinginan mengusir Telegram kali ini datang dari badan regulasi telekomunikasi Rusia, Roskomnadzor, yang sudah mengajukan gugatan hukum agar perusahaan itu segera hengkang.
Roskomnadzor berang lantaran permintaan mereka untuk mengakses kunci enkripsi Telegram tak dikabulkan. Permintaan tersebut terkait dengan aksi terorisme yang terungkap memakai aplikasi Telegram dalam perencanaannya.
Namun Telegram menolak memberikan akses tersebut, sehingga Rusia menganggap hal itu sebagai ketidakpatuhan terhadap pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Telegram bersikeras memenuhi permintaan tersebut akan menyalahi konstitusi dan bertentangan dengan hukum. Mereka juga berdalih tidak memiliki akses kunci enkripsi yang dimaksud oleh Roskomnadzor. Selain itu, Telegram menyatakan keberpihakannya terhadap kebebasan berbicara, seperti disebutkan
The Register.
Laporan
The Times of Moscow menyebutkan badan keamanan federal Rusia (FSB) menemukan ada 29 percobaan serangan di negara itu yang ketahuan memakai Telegram selama 2018 ini.
"Tahun lalu saja ada 25 aksi teroris yang dicegah di Rusia, empat mengakui semua dikoordinasikan lewat aplikasi pesan instan, termasuk dari wilayah Suriah dan Irak," kata kepala FSB Alexander Bortnikov seperti dikutip dari The Times of Moscow dari Interfax.
Telegram tetap bergeming dan tidak membuat pernyataan resmi mengenai kasus tersebut.
(eks)